Resepsi Kasodo, Tradisi dan Modernitas Untuk Kebersamaan

558
Tirta Suci – Salah seorang dukun memercikkan tirta suci pada warga dalam upacara Yadnya Kasada / Foto diambil dari akun FB : Agus Purwoko Mo

Pasuruan (wartabromo) – Suasana pelataran Pendapa agung Wonokitri, Tosari, Pasuruan, Jum’at (3/8/2012) malam dipenuhi oleh warga suku tengger asli dan juga para tamu yang sengaja hadir untuk mengikuti resepsi Yadnya Kasada sebagai tanda dimulainya upacara suku tengger tersebut hingga sabtu (4/8/2012) dini hari.

Tampak hadir para Muspida dan pejabat di lingkungan Pemkab Pasuruan serta para tokoh adat masyarakat suku tengger memenuhi halaman pelataran pendopo Agung Wonokitri.

Puluhan Dukun adat tengger brang kulon tampak telah bersiap untuk memimpin jalannya do’a bersama sebagai tanda dimulainya upacara yadnya Kasada tahun ini atau bulan kasada ke-14 kalender suku tengger.

“Lelabuhan sesaji yang dilakukan oleh warga suku tengger harus dimintakan mantra ke dukun dahulu,” ujar salah seorang warga suku tengger.

Resepsi Yadnya Kasada atau penyambutan tamu sendiri menjadi tradisi suku tengger baik brang kulon (Pasuruan, red) maupun Brang Wetan (Probolinggo, red). Di Probolinggo, warga suku tengger menggelar resepsi Yadnya Kasada di Pendopo Ngadisari.

Dalam kegiatan ini, tiga orang perwakilan tokoh agama suku tengger brang kulon membacakan do’a secara bergantian. Mereka berasal dari agama Hindu, Islam dan Kristen  masing-masing Mangku Prawoto (Hindu), ustad Ansori (Islam) dan Pendeta Suryadi (kristen).

Disinilah mulai tampak kemajemukan masyarakat suku tengger kekinian, yang mulai memiliki perbedaan dan keanekaragaman. Namun, kendati demikian, kerukunan dan kebersamaaan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Terbukti, dengan diadakannya kerja bakti bersama oleh masyarakat suku tengger sebelum hari H pelaksanaan upacara Yadnya Kasada berlangsung pada Kamis lalu.

Untuk menyelaraskan perbedaan tersebut, suku tengger bahkan menghadirkan hiburan orkes dangdut dan artis cantik sebagai hiburan penyambutan tamu sebelum yadnya kasada mulai dilaksanakan pada Jum’at tengah malam hingga sabtu (4/8/2012) hari ini.

Inilah budaya modern yang telah menjadi tradisi baru masyarakat suku tengger di samping hiburan tradisional tayuban yang masih lekat hingga sekarang.

Kebersamaan pun terlihat bermunculan saat para muspida berjoget dan bergoyang bersama menyatukan gerakannya dengan warga dan artis yang sengaja dihadirkan dalam kegiatan tersebut.

Bupati, Dade Angga  dan Wakilnya Edi Paripurna pun berbaur ikut bergoyang menghilangkan segala perbedaan pikirannya bersama warga suku tengger.

“Lho Pak Dade dan Pak Edi ikutan bergoyang,” ujar salah seorang warga tengger saat melihat dua pimpinan daerah tersebut berjoget.

Tradisi joget dangdut Suku tengger akan berlanjut dengan kegiatan lelabuhan sesaji pada jum’at tengah malam ke kawah gunung bromo, khusus dilakukan oleh warga suku tengger sendiri setelah para tamunya pulang.

Mereka akan turun ke kaldera dan melaksanakan puncak acara di Ponten Pura Agung pada tengah malam disusul lelabuhan sesaji pada sabtu dini hari.

Di sini, ribuan warga suku tengger brang kulon dan brang wetan pun tumplek blek pada puncak lelabuhan dengan menaiki puncak kawah untuk melaksanakan labuh sesaji berupa hasil bumi dan ternak ke kawah Bromo. (yog/yog)