Kesulitan Jual Hasil Panen, Petani Kopi Prigen Harapkan Pemerintah Turun Tangan

752
Agus, salah seorang petani di Prigen/G Arif Subagyo

Prigen (wartabromo) – Para petani kopi di Lereng Gunung Welirang, wilayah Pasuruan mengaku kesulitan menjual hasil panen. Pada Agustus hingga Septemper, pohon kopi memang sedang dalam masa panen.

Seorang petani kopi di Desa Lumbang, Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan, Agus Sujianto, menuturkan setiap masa panen ia dan petani lain kesulitan menjual kopi. Akibatnya mereka terpaksa menjual ke tengkulak dengan harga murah.

“Begitu dipanen, terpaksa langsung menjualnya ke tengkulak dalam kondisi basah, harganya Rp 4.500 per kilo,” ujar Agus, Senin (1/9/2014)..

Agus memilikikebun kopi di Lereng Gunung Welirang. Pohon kopi yang ditanamnya sejak 4 tahun lalu, tidak semua berbuah karena banyak pohon kopi yang belum waktunya berbuah. Tahun ini ia hanya bisa memanen sebanyak 8 kwintal.

Baca Juga :   Koran Online 8 September : Caleg Koruptor Mundur, hingga Napak Tilas Goa Tempat Semedi Bung Karno

“Anda punya informasi pasar?” tanya Agus menanyakan pasar kopi yang lain sehingga bisa menjual lebih mahal.

Dikatakan Agus, pemerintah sebenarnya mengarahakan agar petani mmenanam kopi jenis torabika. Karena jenis itu harganya lebih tinggi dan kualitasnya lebih bagus. Namun setelah itu tidak ada perhatian dari pemerintah dalam hal pemasaran.

Sementara itu, dihubungi terpisah melalui sambungan telepon, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pasuruan, Yetty Purwaningsih, mengaku tengah sibuk.

Di Kabupaten Pasuruan, luas areal perkebunan kopi mencapai 4.000 hektar lebih yang tersebar di kawasan pegunungan, baik di kawasan Pegunungan Bromo-Tengger maupun di Pegunungan Arjuno-Welirang. Jenis kopi yang ditanam lebih banyak jenis Arabica dan Robusta. (fyd/fyd)