Batu Templek, Potensi Alam Terlupakan Desa Janjangwulung

2776

batualam templek pasuruan copyPuspo (wartabromo) – Terik matahari membakar kulit di siang itu. Namun, Munajak (45) dan Munaib (37) tampak sibuk bekerja memilah bebatuan berbagai ukuran yang bercorak warna hitam kecoklat-coklatan tersebut. Batu itu diambilnya dengan cara dibelah tipis-tipis agar mudah ditempelkan pada dinding rumah atau dinding taman.

Ya, Munaib dan Munajak merupakan dua orang warga Kecamatan Puspo yang selama dua tahun terakhir menjadi tukang batu alam templek atau yang dikenal dengan batu curing di Dusun Delik Desa Janjangwulung Kecamatan Puspo.

Batu templek alias curing ini banyak di jumpai di kawasan ini. Batu ini merupakan jenis bahan bangunan bebatuan yang kini sangat digemari oleh banyak orang untuk menghiasi dinding serta taman rumah terutama untuk masyarakat perkotaan supaya huniannya terkesan ‎alami.

Baca Juga :   Penanganan Kebakaran Gunung Arjuno Terbelit Birokrasi

Munajak dan Munaib pun tak harus bersusah payah untuk mendapatkan satu truk batu templek alias batu curing ini. Pasalnya, potesi bebatuan di lahan yang dibelinya sekitar dua tahun lalu dari sang pemilik tanah bernama Suken (44) warga Tempuran Pasrepan sangat luas dan cukup banyak.

“Harga untuk satu truk batu curing  sekitar Rp. 1 juta,” kata Munajak saat ditanya wartabromo sambil terus bekerja.

Menurutnya, batu templek alias curing ini merupakan jenis bebatuan metamorf yang terbentuk karena adanya tekanan suhu panas bumi sehingga bentuknya berupa lempengan – lempengan tipis. Batu alam curing ini bentuknya bervariasi termasuk warna dan motifnya sehingga berpengaruh pada harga. batu curing puspo

Baca Juga :   Bupati Pasuruan Terbitkan Larangan Mobil Dinas Dibawa Mudik

“Harga tergantung motif yang ada, kalau ada motif yang berwarna hijau di batu curing harganya bisa 1,3 juta rupiah per truk” tambah Munajak yang bergantung hidup sebagai tukang batu ini.

Baginya, potensi alam bebatuan di Dusun Delik Desa Janjangwulung Kecamatan Puspo adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Apalagi di sini, tidak ada batu yang terbuang kalau bisa memanfaatkan batu curing tersebut.

“Pecahannya saja yang kecil masih laku di jual,” jelasnya.

Batu – batu curing yang sudah tidak laku dijual untuk batu templek lantaran terlalu kecil atau rusak bisa dijual ke penggilingan batu dengan harga Rp. 9 ribu per kubiknya.

Potensi alam ini agaknya patut diperhatikan oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten Pasuruan untuk mengangkat nama daerah sebagai penghasil batu templek alias curing di Jawa Timur. (har/yog)