“Biar Tidak Diakui Pemerintah yang Penting Diakui Allah”

4458

kurikulum 2013Winongan (wartabromo) – Mungkin saat ini, banyak orang yang sibuk berdebat tentang kurikulum yang seharusnya diterapkan di lingkungan pendidikan di Indonesia. Apakah kurikulum 2013 (K-13) atau kembali pada kurikulum 2006 atau KTSP?.  Namun tidak begitu dengan Pondok Pesantren Al-Falah beralamat di Desa Lebak, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Ponpes itu hanya mengajarkan ilmu agama kepada santrinya, dan tidak mengajarkan materi pendidikan dasar sesuai dengan kurikulum dari Kementrian Agama.

“Biar tidak diakui pemerintah, yang penting diakui Allah SWT,” ucap Kepala Ponpes Al-Falah, Muhammad Imron saat ditanya soal kurikulum yang digunakan.

Metode utama sistem pengajaran di Ponpes Al-Falah yang dipakai yakni Wetonan yang dimulai dari tingkat Ibtidaiyah.  Dikatakan Imron, sistem wetonan yaitu sistem transfer keilmuan atau proses belajar mengajar dimana kyai atau ustadz membacakan kitab, dan  santri yang mengesai maknanya dan mencatatnya.

Baca Juga :   Rumah Milik Mantan Wabup Pasuruan Terbakar

“Saya yang membaca, santri yang mengesai maknanya dalam bahasa Jawa Timur.  Misalnya, saya membaca Bismilah, ngawiting ngaji sopo ingsun kelawan nyebut asmane Allah. Ar-Rohman, kang akeh welase, dan seterusnya,” jelasnya.

Selain tidak mengunakan kurikulum sesuai dengan yang ditentukan pemerintah, ponpes yang kini memiliki santri sebanyak 663 ini, juga tidak mau menerima sumbangan atau bantuan dana dari pemerintah. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, Ponpes Al-Falah mengandalkan bantuan dari masyarakat sekitar desa dan juga alumni.

“Kata kyai saya, alasannya uang kecil-kecil dari masyarakat itu lebih besar barokahnya,” kata Ustadz Imron.

Karena tidak menerima bantuan dari pemerintah, 30 orang ustad yang menjadi pengajar pun dibayar dengan upah yang sedikit. Sebulan sekali, ustadz yang menjadi guru para santri dibayar sebanyak Rp 100.000. Sementara untuk pengurus pondoh hanya setengah gaji ustad, yakni Rp 50.000.

Baca Juga :   Hutan Gunung Bentar Terbakar

Maklum bila gaji para pengajar dan pengurus sedikit. Sebab, biaya belajar di Ponpes Al-Falah juga terbilang murah. Untuk tingkat Sifir hanya dipungut biaya Rp 8.000 perbulan, sedangkan Ibtidaiyah kelas 1 hingga kelas 4 hanya Rp 10.000, dan tambahan Rp 5.000 bagi santri Ibtidaiyah kelas 5 hingga kelas 6. Sedang untuk Tsanawiyah hanya Rp 15.000 per bulan.

Meski mengajarkan ilmu agama secara tradisional, namun sejumlah prestasi pernah di raih oleh para santri dari Ponpes Al-Falah. Di antaranya juara I MHQ tingkat Kabupaten Pasuruan 2010, Juara I Qiroat tingkat Kabupaten Pasuruan 2011, Juara I MHQ tingkat Provinsi 2012 di Bali, dan terakhir Juara harapan IV lomba MHQ tingkat nasional pada 2014.

Baca Juga :   Hantam Pohon, Warga Sumenep Tak Tertolong

Ustadz Imron menambahkan, meski para santri lulusan Ponpes Al-Falah tidak mendapat ijazah layaknya santri-santri dari ponpes modern, namun lulusan Ponpes Al-Falah tetap bisa mencari kerja.

“Ada yang jadi petani, ada juga yang menjadi pengusaha,” Pungkasnya. | Titik Temu