Rencana Tata Ruang Wilayah Jangan Hanya Basa-Basi

791

lahan pertanianSeiring dengan semakin gencarnya arus investasi yang masuk ke Kabupaten Pasuruan, keberadaan berbagai industri, membutuhkan lahan yang luas. Untuk memenuhi kebutuhan berdirinya industri tersebut, dibutuhkan lahan yang luas. Walhasil lahan-lahan kosong, terutama lahan-lahan pertanian harus dikorbankan dan beralih fungsi.

Bukan hanya itu, keberadaan industri juga membuat pertumbuhan penduduk dan ekonomi berkembang. Sehingga pendudukpun juga memerlukan pemenuhan kebutuhan lainnya, berupa perumahan. Ini pun juga terus menambah semakin berkurangnya lahan pertanian.

Padahal dengan berkurangnya lahan pertanian, juga akan berdampak pada semakin terancamnya kebutuhan pangan. Sehingga harus dicari jalan keluar agar ketahanan pangan tidak goyah, sebagaimana wawancara yang dilakukan awak tabloid timu dengan Prof Ir Nur Basuki, Guru Besar Pertanian dan Ketahanan Pangan yang juga Rektor Universitas Merdeka Pasuruan.

Lahan pertanian sebenarnya untuk apa saja pak ?

Baca Juga :   Pucuk Pimpinan Polres Probolinggo Kota Resmi Diganti

Lahan pertanian semata-mata bukan untuk menjaga keberlangsungan ketahanan pangan sebuah daerah atau wilayah tertentu. Lahan pertanian juga untuk menyanggah lingkungan di sebuah wilayah.

Sebagai penyanggah lingkungan, lahan pertanian menjaga kualitas lingkungan, terutama udara tetap dapat terurai dan tidak dipenuhi dengan zat-zat serta gas-gas beracun yang dapat merusak organ serta fungsi tubuh. Bahkan dengan adanya lahan pertanian, tanaman-tanaman yang kehijauan justru dapat menguraikan gas-gas beracun untuk diolah tanaman hijau menjadi oksigen yang dibutuhkan pernafasan tubuh.

Dengan adanya kebijakan investasi berdirinya industri dan lainnya, apakah sangat berpengaruh dengan keberadaan lahan pertanian ?

Pasti sangat berpengaruh, karena terjadi alih fungsi lahan. Bukan hanya sebatas untuk industri, tapi juga untuk perumahan. Sehingga terjadi penyempitan lahan pertanian ?

Penyempitan lahan, apa berarti ketahanan pangan terganggu ?

Baca Juga :   Pakar : Orang yang Terhipnotis Tidak Tahu Kalau 'Dikerjai'

Belum tentu. Tapi semua aspek harus diperhitungkan dengan detil. Sehingga perkembangan industri dan perumahan, tidak mengganggu ketahanan pangan.

Untuk tidak mengganggu ketahanan pangan, apa ada rumusan untuk menghitungnya ?

Memang bisa dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan makanan setiap orang untuk dapat hidup. Setelah ditemukan jumlah totalnya, dapat ditemukan luas areal kebutuhan lahan yang dibutuhkan untuk komoditas tanaman tertentu, semisal padi dan jagung.

Misalnya, satu jiwa, dibutuhkan 5 ons beras setiap harinya. Selanjutnya dikalikan setahun atau 365 hari, hingga ditemukan kebutuhan setiap tahun untuk seorang warga sebanyak 1.825 ons atau 182,5 kilogram beras. Selanjutnya kebutuhan setiap jiwa, dikalikan total jumlah penduduk sebuah daerah, semisal 1,5 juta jiwa. Ditemukan jumlah kebutuhan beras mencapai 273.750.000 kilogram atau 273.750 ton.

Dari ditemukannya kebutuhan beras, selanjutnya dihitung jumlah lahan yang dibutuhkan. Harus diketahui kemampuan produksi lahan setiap hektarnya, yakni sekitar 6 ton padi untuk sekali musim tanam atau sekitar 12 ton padi selama setahun. Dengan perkiraan penyusutan 60%, produksi beras setiap hektar lahan sekitar 7,2 ton beras.

Baca Juga :   Dua Mobil Damkar Kehabisan Air, Api dalam Pabrik Krupuk di Gempol Terus Membara

Kebutuhan 273.750 ton beras dibagi 7,2 ton ditemukan angka lahan yang dibutuhkan seluas 38.020 hektar lahan persawahan.

Tapi lahan seluas itu (38.020 hektar), hanya untuk satu komoditas saja berupa padi. Padahal masih dibutuhkan komoditas lainnya seperti jagung, kedelai dan lainnya. Ditambah lagi jika berbicara kebutuhan pangan juga harus tetap diperhitungkan untuk peternakan yang membutuhkan rumput. Semuanya harus dihitung dan tidak ketinggalan juga harus diperkirakan dengan pertumbuhan jumlah penduduk antara 10 hingga 20 tahun ke depan. Sehingga ketahanan pangan tidak harus terganggu.