Salon-salon di Bali Pakai Garam Probolinggo untuk Terapi Kecantikan

913
Petani garam Kraksaan, Probolinggo panen./Sundari A.W/wartabromo.com

Kraksaan (wartabromo) – Para petani garam di Desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo mulai menikmati hasil penggunaan membran (isolasi) untuk melapisi tambak mereka. Penggunaan membran dari terpal tersebut membuat kualitas garam meningkat. Bahkan garam ‘terpal’ petani dikirim ke Bali untuk dijadikan bahan terapi kecantikan.

“Kadar NaCl yang dikandung garam terpal mencapai 89-91 atau kualitas KW1. Kadar NaCl-nya juga lebih tinggi dari garam yang dipanen dari tambak yang tak memakai terpal, yakni 84-86 atau KW2,” kata Bambang Taufik, salah satu petani garam, Sabtu (12/9/2015).

Garama ‘terpal’ kata Bambang, mempunyai nilai jual tinggi mencapai Rp 575 ribu/ton, selisih Rp 150 ribu dibandingkan harga garam media tanah yakni Rp 425 ribu/ton.

Baca Juga :   Banyak Temukan Baliho Kampanye Dipaku di Pohon, KIPP Sorot Kinerja Bawaslu

“Garam kami dijual ke Bali untuk beberapa salon kecantikan di sana. Berbeda dengan garam biasa yang masuk ke gudang atau langsung ke pasar,” terang Bambang.

Bukan hanya kualitas, penggunaan terpal juga meningkatkan kuantitas produksi. Sepetak lahan dengan ukuran 13 meter x 57 meter mampu menghasilkan garam sebanyak 8,5 ton. Sedang dengan luas lahan yang sama dengan media tanah sekitar 6 ton saja. “Asal perlakuannya baik dan lokasinya baik,” timpal Jamin, petani lain.

Jamin, yang pada tahun lalu masih mengusahakan garam dengan media hamparan tanah mengaku sistem baru itu lebih cepat. Dari pengalamannya selama bertani, agar menghasil garam, petani harus menunggu selama 17-20 hari untuk panen. Namun dengan sistem terpal, petani hanya membutuhkan 10-12 hari untuk panen. “Lebih cepat daripada sebelumnya,” tutur ayah dua anak ini.

Baca Juga :   Soal Anggaran, Komisi 1 Diminta Segera Panggil KPU

Bambang menuturkan sistem terpal yang digunakan olehnya juga diterapkan pada kelompoknya, yakni Kelompok Tani Sidoagung sejak dua tahun lalu.

Saat ini, sudah ada sekitar 16.500 meter per segi lahan digunakan dengan menerapkan metode ini. Hasilnya, sejak Juli lalu hingga sekarang, petani memanen 300 ton garam terpal. Sebanyak 156 ton sudah dikirim ke Bali, sisanya berada di gudang penampungan. (saw/fyd)