34 Orang Mati Karena HIV/Aids di Probolinggo

1518
Seorang aktivis perempuan saat kampanye seks sehat dan anti narkoba/WARTABROMO.dok.

Kraksaan (wartabromo) – Penularan Human immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/Aids) di Kabupaten Probolinggo, mengkhawatirkan. Jumlah orang yang terinveksi virus mematikan ini dari tahun ke tahun meningkat atau bertambah. Bahkan tahun ini ada 34 penderita HIV/Aids yang meninggal dunia.

Pada 2012 lalu, pengidap HIV/Aids berjumlah 161 jiwa, 50 diantaranya meninggal dunia. Tahun berikutnya, 2013 penderitanya bertambah sampai dua kali lipat, yakni 237 orang dan 80 orang meninggal dunia. Pada tahun 2014 mencapai 240 orang, 48 diantaranya meninggal.

Sekretaris Dinkes setempat, Sentot Dwi Hendriyono, menyebut, hingga awal Oktober jumlah HIV/Aids di Kabupaten Probolinggo berjumlah 117 orang. Diantara mereka ada 83 orang yang masih hidup, sedang 34 orang menghembuskan nafas setelah berjuang melawan penyakit tersebut. Angka ini disinyalir akan terus bertambah, karena kekurangtahuan masyarakat akan bahaya penyakit mematikan tersebut.

Baca Juga :   Tingkatkan 1,8% Peserta KB, Bupati Pasuruan Kembali Dianugerahi Satya Lencana Pembangunan

“Bisa jadi pada akhir tahun, jumlahnya lebih dari angka tersebut. Baik yang masih mempunyai harapan hidup maupun yang meninggal,” ujarnya kepada wartabromo.com, Kamis (15/10/2015).

Data terbaru yang dirilis Dinkes, Kecamatan Paiton diklaim paling banyak, yakni 123 penderita. Disusul Kota Kraksaan 98, Besuk 80. Dari tiga kecamatan itu, lanjut Sentot, Kecamatan Besuk kenaikannya lebih tinggi dibanding kecamatan lainnya. Sentot sendiri belum mengetahui, mengapa trennya seperti itu. Padahal, dinamika sosial di Kecamatan Besuk tak terlalu tinggi dan industrinya tidak terlalu menonjol.

Upaya pencegahan yang dilakukan dinkes antara lain dengan member penyuluhan tentang bahaya dan penyebab HIV/AIDS melalui sekolah-sekolah. Mulai Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pondok-pondok Pesantren, dan sejumlah lembaga pendidikan lainnya.

Baca Juga :   Konsolidasi Internal, Parpol Pengusung "Wajibkan" Pilih Adjib

Selain menyasar anak sekolah, upaya yang lain dengan memasang baliho, spanduk dan selebaran yang isinya tentang bahaya HIV/AIDS. Termasuk pendampingan terhadap pengidap HIV/AIDS, melalui layanan Voluntary Conseling and Testing (VCT). ”Saat ini kami sudah memiliki Voluntary Consulting and Testing (VCT) di beberapa Puskesmas,” jelas mantan Kabag Kominfo ini.

Dengan VCT diharapkan penderita mau memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Ini demi mencegah penyebaran virus lebih luas. “Sasaran utama kami untuk mencegah penularan HIV melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil, penderita TB, pemakai narkoba, dan penderita PMS. Karena merekalah yang memilki kemungkinan besar terjangkit HIV,” ungkapnya.

Bagi penderita HIV/AIDS positif akan diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) yang diambil dari RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Apabila cukup parah akan di rujuk di rumah sakit yang memiliki fasilitas Care Support Treatment (CST). (saw/fyd)