SIMAMI Minimalkan Kematian Ibu dan Anak di Probolinggo

1713
Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari saat me-launching SIMAMI di alun - alun Probolinggo, Kamis (12/11/2015). Ft. Sundari. A.W
Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari saat me-launching SIMAMI di alun – alun Probolinggo, Kamis (12/11/2015). Ft. Sundari. A.W

Kraksaan (wartabromo) – Angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Probolinggo masih tinggi. Menyadari kondisi tersebut, Pemkab Probolinggo pada peringatan Hari Kesahatan Nasional (HKN) ke-51 yang berlangsung di Alun-alun Kota Kraksaan, Kamis (12/11/2015), melaunching SIMAMI (Sistem Informasi Ibu Hamil).

SIMAMI adalah sebuah aplikasi komputer yang dapat memetakan data ibu hamil di seluruh Kabupaten Probolinggo.

Cara kerjanya adalah bidan yang ada di desa-desa, memasukkan entri data ibu hamil beserta kondisi kesehatan ibu dan kehamilannya. Selanjutnya, aplikasi SIMAMI, input data tersebut untuk dipetakan secara otomatis.

Daerah-daerah yang mempunyai ibu hamil dibedakan dengan warna-warna. Jika didaerah itu ada ibu hamil yang resiko tinggi, maka diberi tanda merah. Sementara, warna hijau untuk daerah dengan ibu hamil tanpa resiko kematian alias aman.

Baca Juga :   Koran Online 19 April : KPPS Meninggal saat Penghitungan, hingga Siswa MTS di Wonorejo Bisa Mencoblos

Bupati Probolinggo P Tantriana Sari berharap dengan adanya SIMAMI, angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Probolinggo dapat diturunkan secara signifikan.

“Dengan aplikasi ini kami bisa lebih mudah dan memenej serta mengawasinya,” ujar Bupati Tantri.

Di Kabupaten Probolinggo sendiri, angka kematian ibu (AKI) hingga awal Nopember mencapai 23 orang. Angka ini mendekati kematian ibu pada tahun sebelumnya yang mencapai 24 jiwa. Sementara untuk angka kematian anak (AKA), sudah mencapai 218 anak, sedangkan tahun 2014 AKA mencapai 235 anak.

“Akhir tahun masih menyisakan 1,5 bulan lagi. Mudah-mudahan angka-angka itu tidak dilewati. Karenanya, kami terus berusaha mencari solusi dan inovasi agar angka kematian ibu dan anak dapat diminimalisir hingga titik terendah,” kata bupati wanita pertama di Probolinggo itu. (**)