Abu Vulkanik Bromo Mengancam Habitat Burung

1974
Foto: Sundari A.W (wartabromo)

Sukapura (waratbromo) – Guyuran abu vulkanik Gunung Bromo, mulai mengancam keberlangsungan ekosistem satwa di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Selain memicu kepunahan, racun silika dalam debu dari perut kawah itu akan membuat habitat satwa mati suri.

Kepala Resort Lautan Pasir TNBTS Khaerul Saleh, mengatakan paparan debu vulkanis yang semakin meluas, kini mulai mengancam habitat satwa di kawasan TNBTS. Abu yang mengandung silika atau semacam serbuk bahan kaca ini, sangat membahayakan bagi kehidupan satwa lindung, terutama burung.

Akibat paparan abu, habitat satwa ini terancam punah. Selain itu satwa bisa dengan mudah mati akibat paparan debu vulkanis. Burung-burung maupun satwa lainnya, kini cenderung tidak betah dengan kondisi ini dan mencari kehidupan lain berpindah tempat.

Baca Juga :   6 Kali Diterjang Banjir, BPBD Kabupaten Pasuruan Minta Warga Selalu Waspada

“Ada banyak pengaruh untuk flora dan fauna. Banyak yang mengungsi ke daerah savana untuk menghindari dampak abu vulkanik Bromo. Karena di daerah selatan, jarang terkena paparan abu,” ujar Khaerul Saleh, Kamis (28/1/2016).

Hingga hari ini, kepulan asap pekat terus keluar dari mulut kawah Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Tingginya asap bercampur material debu vulkanis mencapai 1.200 mdpk, mengarah angin masih ke timur dan timur laut atau ke Kabupaten Probolinggo.

Sementara itu berdasar pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Gunung Bromo, aktivitas vulkanis semakin meningkat. Gempa tremor masih berada di kisaran 3 hingga 36 amplitudi milimeter, dominan 8 milimeter. Sementara, bunyi dentuman disertai suara gemuruh kerap terdengar dari puncak kawah gunung api setinggi 2.275 mdpl ini.

Baca Juga :   Bolos, Belasan Pelajar Digaruk Satpol PP

“Abu vulkanis mengandung silika yang sifat keasamannya cukup tinggi karena masih baru, sehingga sangat berbahaya bagi pernafasan hewan. Tergantung pada tingkat ketahanan hewan itu sendiri,” tutur Ahmad Subhan, Kepala Pos PVMBG Bromo.

Gunung Bromo yang naik siaga sejak 4 desember 2015 lalu, hingga kini masih fluktuatif. Meski kerap menurun, namun ancaman hujan debu vulkanis kian meluas. Sedikitnya 12 desa di tiga kecamatan yakni Sukapura, Sumber dan Lumbang, terpapar debu. Warga dihimbau untuk terus waspada. (saw/fyd)