Wali Pohon Untuk Keberhasilan Reboisasi

1056
Ratusan peserta edukasi lingkungan dari PT Tirta Fresindo Jaya saat melakukan penanaman 5.000 pohon di Gunung Baung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Minggu (14/2/2015). WARTABROMO/Harjo Suwun

Purwodadi (wartabromo) – Kondisi alam, terutama hutan sudah kritis dan mengalami kerusakan parah. Sehingga menimbulkan berbagai bencana alam, banjir, tanah longsor dan kekeringan yang terus menghantui hampir merata di daerah-daerah di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kerusakan hutan harus segera ditangani dengan melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi). Namun, memperbaiki hutan bukan hanya sebatas menanam saja. Tapi juga diperlukan perawatan yang teratur, sehingga tingkat keberhasilan reboisasi bisa menanggulangi berbagai bencana yang terus menghantui.

Sugiarto (45), pegiat lingkungan peraih Kalpataru 2011 kategori penyelamat hutan, menerapkan konsep wali pohon, untuk reboisasi. Dimana setiap pohon, harus menjadi tanggung jawab orang-orang tertentu yang menanam, untuk merawatnya. Selama jangka waktu tertentu.

Baca Juga :   Brakk! Aisyah Tabrak Jambret yang Rampas Kalungnya

“Tempo waktu yang ditentukan itu sebagai jaminan bahwa pohon yang ditanam, hidup dan bisa tumbuh. Ideal waktu untuk masa tanam dan perawatan, minimal setahun. Sedangkan maksimal seorang bisa menjadi wali pohon, adalah 10 pohon,” kata Sugiarto saat di sanggar alam miliknya di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Senin (15/2/2015).

Menurut peraih berbagai penghargaan lingkungan di tingkat nasional dan internasional ini, konsep wali pohon perlu diterapkan, sehubungan digalakkannya reboisasi. Sehingga reboisasi bukan hanya menjadi acara ceremonial belaka, tanpa target yang jelas untuk menyelamatkan dan memperbaiki lingkungan.

Apalagi saat ini pemerintah juga mewajibkan perusahaan-perusahaan, agar corporate social responbility (CSR), diantaranya diarahkan untuk menggelar reboisasi. Perusahaan-perusahaan hanya cenderung menanam untuk memenuhi kewajibannya, tanpa merawat pohon.

Baca Juga :   Bersihkan Dahan Pohon Mangga, Pria asal Grati Tewas Terjatuh

“Disamping kesadaran untuk menanam pohon, harus dibangun kesadaran bertanggung jawab merawatnya. Untuk itu dibutuhkan ketelatenan yang luar biasa, agar perusahaan-perusahaan yang dibebani kewajiban, juga ikut melibatkan karyawannya,” terang Sugiarto.

Di sanggar alam miliknya, Sugiarto yang telah memberikan bibit gratis berbagai jenis pohon sejak 1993 ini, tidak bosan memberikan penyadaran dan pencerahan. Bukan hanya kepada perusahaan-perusahaannya saja, tapi juga kepada karyawan-karyawannya.

Dari ratusan dan bahkan ribuan perusahaan yang ada, hanya beberapa perusahaan saja yang menerapkan konsep wali pohon.

“Kemarin PT Tirta Fresindo Jaya atau Mayora, menerapkannya dengan melibatkan ratusan karyawannya. Setiap karyawan diberi tanggung jawab menjadi wali pohon untuk enam hingga sepuluh bibit. Jumlah yang ditanam tidak banyak, sekitar 5.000 pohon, tapi kemungkinan hidup dan tumbuh cukup besar,” urai Sugiarto.  (hrj/hrj)