Warga Siap Ngungsi dari Aliran Lahar Semeru

1745
Foto: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

Lumajang (wartabromo) – Guguran lava yang menyebabkan awan panas terjadi dari puncak Gunung Semeru sejak Sabtu (13/2/2015), hingga Selasa (16/2/2015) masih kerap terjadi. Dari guguran lava yang jatuh ke Sungai Besuk Kobokan dan Besuk Kembar, dikhawatirkan menimbulkan lahar dingin.

Warga di empat desa yang berada di aliran kedua sungai tersebut, yakni Desa Prono Jiwo, Oro-oro Ombo, Supit Urang dan Sumberurip, khawatir guguran awan panas, mendatangkan lahar dingin.

“Kami tengah memaksimalkan penangangan dan menghimbau warga agar selalu waspada. Sewaktu-waktu warga siap mengungsi ke sejumlah lokasi pengungsian yang sudah ditentukan,” Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Hendro Wahyono, Selasa (16/2/2015) sore.

Baca Juga :   Interpelasi MAN IC Akhirnya Gagal, F - Demokrat Pilih Walk Out

Disampaikan, keempat desa yang menjadi aliran lahar dari Gunung Semeru tersebut, merupakan desa tangguh bencana, yang berjarak sekitar 8 kilometer (km) dari puncak Semeru. Dimana masyarakat setiap kali dilatih untuk selalu waspada dan siap bergerak mengantisipasi bencana yang datang.

“Karena tangguh bencana, mereka akan selalu siaga, termasuk diantaranya dengan mengungsi di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Jarak tempat pengungsian cukup aman, yakni pada radius 12 km hingga 15 km, sudah cukup jauh dari aliran lahar,” terang Hendro Wahyono.

Sementara, Kepala Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS), Ayu Dewi Utari, menyampaikan guguran lava kembali terjadi dari puncak Gunung Semeru. Guguran lava mengarah ke Sungai Besuk Kembar dengan jarak luncue sekitar 300 meter.

Baca Juga :   Polisi Buru Perekam Video HOAX Perampokan BCA Pandaan

Selain guguran lava, juga terjadi letusan asap sebanyak tiga kali hingga mencapai ketinggian 500 meter dari puncak Gunung Semeru. Asap keluar dari puncak Gunung Semeru, berwarna putih kelabu pekat.

“Bukan erupsi (Gunung Semeru meletus. Tapi letusan asap dan guguran lava tersebut, karena kubah kawah yang terbentuk dari erupsi Gunung Semeru pada November 2015 lalu, mengalami patah karena tidak stabil,” jelas Ayu Dewi.

Ditambahkan, tidak terdengar suara letusan dari gempa-gempa yang timbul dalam kawah Semeru. Sehingga aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan 3.676 meter tersebut, dikategorikan masuk dalam status waspada. (hrj/hrj)