Mereka yang Nekat Memburu Gerhana Matahari di Bromo Saat Nyepi

1170
Foto: Sundari

Sukapura (wartabromo) – Rayakan Hari Raya Nyepi, perkampungan warga Hindu Suku Tengger  di lereng Gunung  Bromo, tampak lengang. Jalan desa, area pertanian, maupun rumah warga juga nampak tertutup, nyaris tidak ada aktifitas. Warga Suku Tengger Hindu khidmat melakukan tapabrata di dalam rumah masing-masing.

Namun, area wisata Gunung Bromo tetap ramai dikunjungi wisatawan yang berburu gerhana matahari di gunung yang baru saja mengalami erupsi ini.

Rabu (9/3/2016), sejumlah jalan akses desa ditutup portal dan diberi sesajen, di sejumlah perkampungan Suku Tengger. Hari ini bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938.

Rumah-rumah penduduk sepi, nyaris tidak ada aktifitas yang dilakukan warga. Bahkan jalan-jalan, gang perkampungan, hingga rumah-rumah warga seperti tak berpenghuni. Rumah mereka tertutup, mulai pintu rumah, jendela dan gorden tertutup rapat.

Baca Juga :   Ribuan Pengunjung Nekat Langgar Batas Aman dan Naik Kawah Bromo

Praktis aktivitas tak seperti hari-hari biasanya, tak ada hiruk pikuk. Warga Hindu yang merayakan Hari Raya Nyepi nampak khidmad dan khusuk melakukan tapabrata di dalam rumah.

Menurut warga, warga yang nenjalankan tapabrata selama sehari semalam tidak diperbolehan keluar rumah dan tidak boleh menyalakan lampu. Umumnya mereka yang menjalankan adalah yang masih sehat dan sudah dewasa.

“Menurut kami sebagai warga tengger, nyepi itu adalah sebuah kesakralan yang kita peringati setiap setahun sekali dan bagi kami sangat penting sekali,” ujar warga Desa Ngadisari Sujoko.

Namun pemandangan sepi di perkampunganwarga tengger, kontras dengan suasana di area wisata Gunung Bromo yang ramai kunjungi wisatawan. Apalagi, momen nyepi tahun ini bersamaan dengan gerhana matahari total yang terjadi di Indonesia.

Baca Juga :   Koran Online 20 Des : PSK Kabur ke Persawahan, hingga “Jin – jin Muslim Kalau Punya Hak Suara, Nyoblos Aja!”

Namun para wisatawan lebih memilih berbicara pelan-pelan dan tak melakukan aktifitas berlebihan yang dapat mengganggu ketenangan umat hindu yang sedang merayakan nyepi. Kondisi inilah yang membedakan wisata di Gunung Bromo dengan area wisata di Bali saat Hari Raya Nyepi.

“Kebetulan kami ingin merasakan Nyepi di Bromo ini, karena daerah Bali udah ngerasain. Kedua ingin menyaksikan momen yang langka ini gerhana matahari total,” tutur Agus Wahyudi, wisatawan asal makassar. (saw/fyd)