Peri Kelamin Puber Sebelum Sunat

766
Foto: Gesang A Subagyo (wartabromo)

“Diam-diam saya kangen sama Pak Harto,” gumam Ustadz Karimun seraya bersandar pada tabing warung.

“Pak Harto siapa, ustdaz?” timpal Cak Manap.

“Ya panjenenganipun Pak Soeharto, mantan presiden kedua kita.”

“Hmm, rupanya kita sependapat. Sebab meski beliau banyak berdosa pada rakyat, jasanya juga banyak.”

“Ucapan Gus Dur, kan?”

“Ya, saat diwawancarai dalam Kick Andy.”

“Ternyata demokrasi itu kurang baik, ya cak?”

“Betul, ustadz. Negara-negara kerajaan ternyata lebih berjaya, lebih sejahtera dan lebih tertib. Tidak seperti kita.”

“Saya miris dengan kelakuan kita sekarang, cak. Kita ini, kok tidak pernah punya iktikad baik sedikit pun ya terhadap bangsa ini? Yang mau merusak hampir seratus persen, sementara yang mau membangun, mempersatukan, atau paling tidak mempertahankan identitas sebagai bangsa agung hanya sedikit. Itupun sering kali dihalang-halangi. Misalnya KPK yang hanya satu itu, dikeroyok hampir oleh semua orang. Kita kok alergi ya sama kebenaran? Bahkan kalau zaman Pak Harto hanya pejabat yang berani nyolong milik negara, sekarang setiap orang ramai-ramai melakukannya.”

Baca Juga :   Pendakian Gunung Arjuno Ditutup Cegah Kebakaran

Hening…

“Ke depan, rupanya akan semakin gawat, cak.”

“Kok bisa, bukankah pendidikan anak-anak kita sudah semakin membaik?”

“Orang pintar memang semakin banyak, tapi orang ngerti makin sedikit. Lagi pula, kalau kita amati, seberapa banyak anak-anak kita yang benar-benar belajar di sekolah?”

“Benar.”

“Anak-anak sekarang jadi agak liar karena mereka tak pernah mendengarkan dongeng sebelum tidur. Karena secara alamiah anak-anak suka mendengar dongeng, maka mereka mencarinya di televisi atau internet. Mereka bahkan mulai mencari dongeng-dongeng yang lebih fantastis di trotoar, di warung-warung remang, di sirkuit jalanan bahkan di losmen-losmen murahan.”

“Orang tua sekarang memang tak sempat mendongengi anaknya sebelum tidur. Kita terlalu sibuk, bahkan kita baru pulang kerja saat anak-anak kita berangkat tidur.”

Baca Juga :   Disentil Jadi Cawapres, Cak Imin Dikukuhkan Sebagai Panglima Santri Nasional

“Maka, anak-anak manis yang tak suka keluar rumah, akan bersembunyi di kamar seraya mendengar dongeng dari seseorang di seberang sana melalui handphone. Hanya saja kisah-kisahnya terlalu dewasa buat mereka, isinya lebih membuat mereka menjadi dewasa lebih cepat. Apalagi kalau handphone itu terhubung ke internet. Bisa dijamin anak-anak akan puber meski belum sunat.”

“Akan sangat berbahaya jika yang mendongengi mereka adalah Paman Sam. Sebab dongeng-dongeng Paman Sam selalu menarik karena mengandung sihir mematikan, sedangkan isinya begitu beracun.”

“Masalah dongeng sebelum tidur ini gawat, cak. Anak-anak yang secara alamiah suka dongeng itu makin hari makin liar menuruti rasa ingin tahu mereka. Mereka jadi tak betah di rumah saat malam hari dalam rangka mendapatkan dongeng-dongeng yang lebih fantastis dari dongeng yang mereka hayalkan. Mereka bisa nekat malam-malam pergi ke rumah kosong untuk bertemu dengan iblis. Dan tentu saja mereka harus membawa sesaji. Sesaji itu sebenarnya bukan dipersembahkan buat iblis, tapi untuk mereka makan sendiri agar bisa kesurupan dan memungkinkan untuk bertemu dengan iblis. Sayang sekali, sesaji itu sangat beracun, membunuh atau paling tidak bisa mengakibatkan kecanduan dan overdosis.”

Baca Juga :   Kisah 'Robin Hood' Orang Dekat Dimas Kanjeng, Bantu Masjid hingga TPQ

“Anak-anak juga keluar rumah malam-malam untuk mendengar dongeng dari peri kelamin. Konon dongeng-dongeng peri kelamin begitu memikat hingga anak-anak sudah berani mencoba meski mereka masih belum sunat.”

“Dalam rangka untuk mendengar dongeng, anak-anak juga suka keluyuran malam-malam ke warung game online, di sana mereka bisa membunuh zombie sebanyak-banyaknya atau balapan seraya menabrak apa saja. Namanya juga dongeng, namanya juga anak-anak, kadang dongeng-dongeng itu mereka peragakan di alam nyata.”