Perut dan Stok Janda

1399

“Wah wah, kok bisa begini ya?” gumam Firman Murtado seraya mengutak-ngatik hp nya.

“Gawat!” sambungnya, membuat Cak Manap dan seisi warung penasaran.

“Ada berita apa cak, kok sepertinya mengkhawatirkan begitu?” kata Ustadz Karimun. Semua orang memang tahu Firman biasa membuka media online kalau sedang nyangkruk.

“Mulai Januari hingga Nopember, kasus perceraian di pengadilan Bangil mencapai 1950, ustadz.”

“Subhanallah, inna lillahi!” gumam Ustadz Karimun.

“Kalau menurut saya Alhamdulillah, ustadz. Stok janda tambah melimpah” gurau Arif seraya cengengesan.

“Ini tragedi, Mas Arif. Berarti ada yang kurang beres dengan kita.” Timpal Ustadz Karimun.

“Bukankah yang namanya jodoh itu rahasia Gusti Allah, ustadz?” ujar Cak Manap, nimbrung.

“Benar, cak. Tapi manusia kan masih diberi pilihan untuk mengihtiarkan nasibnya? Kalau semua yang kurang baik kita atas namakan kepada Tuhan, itu kurang berahlak namanya.”

Baca Juga :   Ketua PWNU Jatim Gowes Sepeda Onthel Bersama di Probolinggo

“Coba mas, sampeyan baca kenapa kok bisa begitu?” pinta Ustadz Karimun kepada Firman Murtado.

“Rata-rata karena masalah ekonomi, pihak ketiga dan kekurangcocokan, ustadz.” Jawab Firman menyimpulkan isi berita.

“Subhanallah!, kebanyakan hanya masalah perut ya?” gumam Ustadz Karimun seraya menerawang kosong.

“Kok cuma masalah perut, ustadz? Kalau masalah pihak ketiga kan lain urusannya?” Arif protes.

“Muaranya dari perut, mas. Dan perut itu bisa dalam arti sesungguhnya, bisa dalam arti yang lebih dalam. Kalau perut yang lahir kan, sudah puas dengan nasi bungkus. Nah kalau perut ruhani, bisa lebih gawat. Dulu orang tua kita, meski sehari makan nasi tiwul sekali, rukun sampai punya likuran cucu. Bertengkar seminggu sekali tetap rukun sampai pikun. Justru sekarang, dimana setiap orang sudah mampu menimbun beras, bahkan setiap dua hari sekali berwisata kuliner, malah terjadi banyak perceraian akibat masalah ekonomi. Perut kita sudah tambun kok? Berkat tahlilan sampai tak dimakan, dibuang ke tempat sampah. Ibu-ibu sibuk diet dan aerobik kepingin menurutkan berat badan, kok malah banyak perceraian akibat masalah ekonomi?”

Baca Juga :   9 Tahun Lagi, Pemkab Baru Dapat Deviden Tol Gempol-Pandaan

“Nah kalau masalah pihak ketiga itu bagaimana, masa ada hubungannya juga dengan perut?” Cak Manap tak puas.

“Ya jelas to, cak.”

“Kok bisa?”

“Kalau perut kita manja, syahwat akan menggeliat. Dan karena perut ruhani kita lapar, ya begini ini jadinya.” Firman Murtado diam-diam tercengung.

“Selain perut, ada lagi bahaya laten yang tak kalah gawat,ustadz.”

“Apa mas?”
“Suworo tanpo rupo.”

“Apa itu?” Arif heran.

“Media sosial. Coba lihat….” Ujar Firman seraya menunjukkan situs media sosial yang ia buka di hp nya. “Orang kinyis-kiyis dan ginuk-ginuk begini umbar foto sembarangan, siapa yang tidak ngiler? Awalnya beteman, lalu basa-basi menyapa. Lama-lama saling kirim pesan. Kalau nyambung saling curhat dan menjelek-jelekkan pasangan masing-masing. Kalau sudah ketagihan oleh rayuan maut plus dukun lintrik ikut campur, bisa berahir di hotel.”

Baca Juga :   Diparkir Depan Rumah, Motor Kuli Bangunan Asal Lekok Hilang

“Dan itu karena kita memuja perut serta yang di bawah perut.” Timpal Ustadz Karimun murung.

Penulis : Abdur Rozaq