Asyiknya Snorkeling di Gili Ketapang

1827

Sumberasih (wartabromo) – Anda hobi jalan-jalan sembari menikmati keindahan alam?, Tidak ada salahnya jika menyempatkan mampir ke Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih dan mencoba snorkeling disana.

Ya, snorkeling atau selam permukaan di perairan sekitar Pulau Gili Ketapang menjadi destinasi wisata alam di pulau ini selain Pantai Ekor dan Gua Kucing. Snorkeling adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak (sirip selam) untuk menambah daya dorong pada kaki.

Untuk menikmati wisata bahari ini, setiap pengunjung cukup merogoh kocek senilai Rp. 85 ribu untuk sekali trip. Pengunjung akan mendapat beberapa fasilitas, diantaranya transportasi perahu dari Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo, makan siang, peralatan menyelam, dan foto-foto dibawah laut.

Baca Juga :   Setahun Kabur ke Kediri, Pencuri Kabel Dicokok Saat Pulang

“Pada hari biasa, kami melayani minimal kalau ada 8 pemesan. Sementara untuk weekend, kami tak membatasinya,” terang lajang kelahiran Pulau Gili Ketapang ini.

IMG-20161114-WA0027Menurut jebolan Fakultas Ekonomi UGM in, snorkeling di desanya mulai digandrungi oleh pelancong, baik itu lokal maupun mancanegara. Apalagi setelah ia dan rekan-rekannya gencar mempromosikan keindahan bahari pulau Gili Ketapang via sosial media. Ditambah dengan adanya izin usaha resmi dari pemerintah daerah.

“Untuk memberikan pelayanan profesional bagi pelanggan dan berkontribusi pada PAD kabupaten,” ujarnya.

Marom, mengatakan snorkeling mulai diperkenalkan ke publik sekitar bulan Mei 2016. Awalnya, ia hanya coba-coba bersama teman untuk eksplorasi tempat yang bagus untuk snorkeling.

Baca Juga :   Wisatawan Asal Surabaya Hilang Tenggelam di Madakaripura

Dari eksplorasi itulah, diketahui ada spot yang bagus untuk snorkeling di perairan Pulau Gili, yakni di bagian barat daya dan utara. Di tempat itu, terumbu karang masih bagus, sementara di tempat lainnya relatif rusak karena ulah nelayan setempat saat mencari ikan.

“Pada jaman dulu, warga saat melaut menggunakan bahan peledak dan pestisida yang merusak terumbu karang. Namun, setelah dilakukan pemberdayaan, masyarakat mulai sadar akan pentingnya terumbu karang terhadap ekosistem biota laut,” terang pemuda yang akrab dipanggil Marom ini. (saw/yog)