Pencak Silat, Bela Diri Sarat Filsafat

5637

Pasuruan (wartabromo.com) – Selain keris dan bambu runcing, konon ada lagi senjata yang ditakuti oleh para penjajah negeri ini di masa lalu. Senjata yang terahir ini malah lebih mematikan karena menyatu langsung pada raga para pejuang. Senjata ini bersenyawa dalam raga, tulang bahkan aliran darah nenek moyang kita,  ia bernama pencak silat. Menurut cerita tutur, andaikan bangsa ini di masa lalu tidak mengenal senjata ragawi bernama pencak silat, tak ayal akan lebih banyak lagi korban kejahatan perang para penjajah yang tak manusiawi itu.

Secara nalar memang tipis kemungkinannya mengusir para penjajah yang saat itu memiliki senjata  jauh lebih mematikan dari apa yang kita miliki. Mereka telah mengenal meriam, senapan mesin, tank bahkan pesawat pembom. Apalagi bangsa Jepang. Mereka memiliki hampir segala macam alat pembunuh. Tidak seperti para penjajah Eropa, Jepang juga melengkapi diri dengan bela diri serta landasan spiritual pembantaian. Yaitu sumpah mereka terhadap kaisar yang dianggap sebagai wakil dewa mereka. Jepang menguasai karate, ilmu pedang kuno warisan zaman samurai bahkan ilmu tenaga dalam para prajurit mereka telah mencapai sempurna. Andai nenek moyang kita tidak membekali diri dengan pencak silat, pembantaian serta pemerkosaan makin tak terhitung jumlah kejadiannya.

Baca Juga :   Mudik Lebaran, Daops 9 Tak Menambah Gerbong dan Keberangkatan Kereta

pencak-silat

Menurut para ahli sejarah bela diri, walaupun asal muasal pencak silat masih sulit dipastikan, tapi telah disepakati bahwa pencak silat adalah budaya yang lahir dari nenek moyang dan cikal-bakal bangsa Indonesia. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang hebat. Gajah Mada adalah seorang Maha Patih Majapahit yang sangat melegenda kesaktian serta keahlian bela dirinya.

Ada satu pendapat yang mengatakan jika pencak silat ditemukan oleh nenek moyang kita secara tidak sengaja. Pada awalnya mereka hanya memperhatikan bagaimana cara binatang membela diri dari serangan pemangsa. Lambat laun mereka meniru cara  ular, kera, macam serta binatang lainnya membela diri ketika melumpuhkan musuhnya. Lama kelamaan disusunlah dasar-dasar bela diri primitif, dan seiring perkembangan waktu itu menjelma menjadi ilmu bela diri khas bangsa Melayu umumnya dan nenek moyang bangsa Indonesia khususnya.

Baca Juga :   Video Maling Kotak Amal Masjid di Sukorejo Nyaris Dihajar Massa

Pencak silat memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan bela diri lainnya di dunia. Jenis bela diri yang hampir mirip dengan pencak silat adalah kungfu.

Bahkan ditinjau dari segi filsafat dan dasar spiritualnya, kedua jenis bela diri ini memiliki banyak kesamaan. Kedua jenis bela diri ini sama-sama didukung oleh “laku spiritual” seperti meditasi, olah nafas serta penguasaan tenaga dalam murni. Kenapa demikian,  RM S Prodjosoemitro, penyusun buku pakem pencak silat dari keraton Jogja mensinyalir kemiripan itu dikarenakan kemiripan bentang alam antara daratan Nusantara dengan daratan Tiongkok. Teori ini sepertinya mendapat pembenaran karena Capuera yang berasal dari Brazil memang jauh berbeda dengan pencak silat dan kungfu.

Baca Juga :   Berlangsung Semarak, 'Eksotika Bromo' Pukau Wisatawan

Namun demikian, kedua jenis bela diri asli Asia ini juga memiliki perbedaan. Letak perbedaannya mungkin hanya dalam ritme kedua jenis bela diri ini. Kungfu cenderung agresif dan memuja kecepatan serta kekuatan, pencak silat lebih mengandalkan “kecerdasan” teknik. Pencak silat yang terkesan agak lamban ternyata memiliki daya bunuh efektif  karena kecerdasan teknik tersebut.

Semua jenis bela diri di dunia pada dasarnya memiliki kesamaan prinsip kerja. Semuanya memilik unsur serangan, tangkisan, elakan dan kuncian. Namun pencak silat, lebih menitik beratkan pada dua prinsip bela diri. Yaitu hanya tangkisan dan kuncian. Seperti mewakili karakter bangsa Melayu, pencak silat lebih mengedepankan tindakan persuasif daripada konflik. Bahkan saat membela diri dari serangan lawan. Pukulan, tendangan serta berbagai macam serangan dalam pencak silat cenderung lebih “lunak”, namun kuncian atau teknik mematikan serangan sekaligus melumpuhkan lawan, lebih gawat dari kebanyakan jenis bela diri lainnya.