Akui Dicabuli Pengasuh Ponpesnya, Tiga Santriwati Alami Trauma

1166

Gending (wartabromo.com) – Akibat mengalami pelecehan seksual yang dilakukan M, salah satu pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Desa Banyuanyar Lor, Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, tiga santriwati mengalami trauma mendalam. Mereka enggan kembali ke pondok pesantren tempatnya menimba ilmu, karena takut bertemu dengan pengasuh pondok.

Ketiga korban, yakni SA (18) dan SM (16), asal Desa Pedagangan, Kecamatan Tiris, serta CI (14), asal Desa Liprak Kidul, Kecamatan Banyuanyar, saat ini mengalami syok dan tertekan secara psikologis. Mereka juga ketakutan apabila bertemu dengan pengasuhnya tersebut.

“Kami takut bertemu dia lagi,” ujar CI.

Ketiga santriwati ini berharap oknum yang telah melakukan pelecehan seksual itu, diberikan hukuman yang setimpal. Karena tidak sepatutnya, pria yang menjadi figur masyarakat itu melakukan perbuatan asusila.

Baca Juga :   Tumbuhkan Loyalitas, DPC PKB Kabupaten Pasuruan Gelar Pelatihan Kader Pertama

ilustrasi pencabulan copy

“Ya kalau bisa dihukum berat,” timpal SA.

Orang tua SA (18), salah seorang korban pencabulan berharap M dihukum berat. Ia mengatakan sebagai orang tua, ia menitipkan anaknya untuk menuntut ilmu agama di ponpes agar punya ilmu dan bermoral. Namun, justru diperlakukan tak sepatutnya oleh pengasuhnya.

“orang tua mana yang bakal terima anaknya diperlakukan seperti itu,” katanya.

Sebagaimana diketahui, tiga santri mengalami pelecehan seksual di rumah pengasuh ponpes. Modusnya, santri itu dikenakan piket menyapu rumah kediaman M. Saat tengah asyik bersih-bersih, mereka dipeluk dan dicium dari belakang oleh oknum guru tersebut.

Pelecehan itu terjadi saat istri pengasuh sedang pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kejadian itu sudah berlangsung sejak 11 November 2016 lalu, di rumah M yang berada tepat dibelakang areal ponpes.

Baca Juga :   Soal Spanduk PKB di Pagar Pemkot, Ini Jawaban Walikota

Namun peristiwa itu baru diketahui pada Rabu (8/3/2017) lalu, saat salah satu orang tua menjenguk buah hatinya di ponpes. Saat itulah, SA menangis tersedu-sedu dan menceritakan perbuatan tak senonoh pengasuh ponpes.

“Salah satu orang tua korban sangat emosional. Namun, coba kami tenangkan sebisa mungkin, karena kami khawatir terjadi aksi kekerasan yang semakin memperpanjang masalah,” ujar Samsul, salah seorang kerabat dari korban. (saw/saw)