Hindu Tengger Brang Kulon Gelar Pawai Ogoh – Ogoh Jelang Nyepi

1642

Tosari (wartabromo.com) – Ribuan warga Hindu Tengger Brang Kulon Desa/Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan mengarak 40 ogoh-ogoh atau patung raksasa dalam perayaan upacara menjelang Hari Raya Nyepi 1939 Saka, Senin (27/3/2017) sore.

Ogoh-ogoh tersebut diarak keliling desa dan diberangkatkan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf dan Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf.

Sebelum diarak, ogoh-ogoh tersebut ditempatkan di Balai Desa Telogosari dan digelar doa bersama untuk keselamatan. Barulah setelah itu, puluhan ogoh-ogoh tersebut diarak keliling desa hingga menuju Lapangan Desa Telogosari.

IMG_0220

“Semua ogoh-ogoh yang diarak keliling desa adalah dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur dengan total sebanyak 10 desa. Di Kecamatan Tosari sendiri memiliki 8 desa, sisanya dari Kecamatan Tutur dan Puspo,” terang Widian Dharma Singgih, Ketua Panitia Penyelenggara Pawai Ogoh-ogoh.

Baca Juga :   Tepis Stigma Negatif Terhadap Penderita HIV/AIDS

Ogoh-ogoh merupakan simbol butha kala yang memiliki kekuatan negatif atau kekuatan alam yang merupakan perwujudan dari unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara.

“Pada akhir acara ogoh-ogoh akan dibakar untuk menghilangkan sifat buruknya dan berharap hanya ada sifat kedewaan yang ada di diri manusia dan alam semesta, sehingga inti dari ini semua untuk menetralisir alam dan manusia,” paparnya.

Menurut dia, upacara Nyepi memiliki empat rangkaian, yakni melasti yang sudah diadakan pada hari Sabtu (25/3/2017) di lereng Gunung Bromo, pecaruan atau tawur dan pengerupukan, nyepi, dan ngembak geni.

“Dalam perayaan nyepi atau catur brata nyepi terdiri dari amati geni yang berarti tidak menyalakan api, termasuk api amarah yang ada dalam diri manusia, lelanguan yang berarti tidak berfoya-foya atau mengadakan pesta,” jelasnya.

Baca Juga :   Pastikan Miliki Hak Pilih, 51 Warga Binaan Rutan Bangil Lakukan Perekaman e-KTP

Selain itu, pati lelungan yang berarti tidak berpergian kemana pun, dan pati karya yang berarti tidak bekerja selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hitungan tilem kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera.

Sementara itu, Wagub Jatim, Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan, tradisi Pawai Ogoh-ogoh adalah budaya masyarakat yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Dalam artian, budaya yang mendatangkan ketertarikan masyarakat untuk mengabadikan setiap momen penting dalam pawai itu sendiri, sehingga ujung-ujungnya adalah membuat daerah itu semakin populer.

“Kalau ke Tosari mesti orang bukan hanya datang melihat Matahari Terbit dari Penanjakan saja, melainkan melihat budayanya. Nah pawai ogoh-ogoh ini adalah salah satu cara yang kebetulan merupakan tradisi nenek moyang yang menarik untuk ditonton sehingga secara tidak langsung mendatangkan wisatawan ke Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,” tegasnya. (mil/yog)

Baca Juga :   Kecam Ahok, PCNU Probolinggo Gelar Istighosah Untuk Bangsa