Topeng Malangan Dibuat oleh Pengrajin asal Tutur

3680

Tutur (wartabromo.com) – Di tengah masyarakat modern yang berkembang saat ini, topeng menjadi bentuk karya seni yang memadukan nilai estetika dan spiritualitas. Tak hanya cukup dengan kata ‘indah’ saja, terkadang seseorang membeli topeng karena memiliki faktor X atau nilai misterinya.

Akan tetapi, bagi Sugiyat (63), membuat topeng adalah mengukir sejarah untuk diteruskan ke anak cucu. Selain sebagai peluang usaha dan wirausaha yang cukup eksentrik, membuat topeng ternyata juga memiliki misi dalam memugar ingatan siapapun mengenai sejarah sebuah tempat dan cerita.

Ya, Sugiyat adalah pengrajin Topeng Malangan yang menghabiskan waktunya dengan membuat topeng di Desa Nongkojajar, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Sejak tahun 1978, dirinya mulai mencoba peruntungannya di dunia topeng. Namun, saat itu masih dalam tahap menjajal, sehingga tak berani untuk menjualnya.

Baca Juga :   Kebakaran Gunung Kunci Bisa Meluas ke Coban Trisula

PENGRAJIN TOPENG (21)

“Baru 5 tahun kemudian saya mulai menjual di tepian jalan di Malang, karena nenek buyut saya asli sana. Saya jual murah, yang penting topeng saya laku,” ungkapnya di sela-sela membuat topeng pesanan warga Surabaya.

Untuk 1 buah topeng dijual dengan harga bervariasi, tergantung dari jenis dan model topeng itu sendiri. Sugiyat lantas mencontohkan untuk topeng ragil kuning yang dijualnya mulai dari Rp 150.000-Rp 500.000. Mahal tidaknya topeng juga bergantung dari pengerjaan, baik kasar maupun halus.

“Kalau kasar, satu hari saja selesai. Tapi kalau topengnya halus sekali, bisa memakan waktu 3 hari, karena membuat topeng tidak semudah membuat kursi atau meja, harus dalam kondisi mood bagus,” imbuhnya.
Proses pembuatan topeng dari awal hingga finish, Sugiyat mengaku mengerjakannya secara handmade. Selain bisa dapat perasaannya, pengerjaan topeng secara manual, yaitu dengan menatah, khususnya pada lekuk wajah agar membuat kerapian topeng bisa terjaga. (mil/yog)