Serunya ‘Tanak Tomang’ Menunggu Bedug Maghrib untuk Berbuka

1237

Kademangan (wartabroo,com) – Aktifitas santri di ramadan, sepertinya tiada habis untuk dibincang. Nah, kali ini santri Pondok Pesantren Riyadhlus Solihin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, mempunyai tradisi unik dan seru setiap menunggu bedug maghrib.

Kegiatan ngabuburit ini disebut Tanak Tomang (bahasa madura, red) yang artinya menanak nasi menggunakan tungku, menyiapkan hidangan berbuka.

Para santri berbagi tugas memasak. Ada yang menggoreng, menyiapkan sayur, ada pula yang menyiapkan lembaran daun pisang untuk alas nasi dan lauk pauknya.

Tangan-tangan santri ini, terlihat cekatan seakan tak mau kalah dengan perempuan dalam meracik menu makanan.

IMG-20170609-WA0015

“Ini mas namanya tradisi tanak tomang. Setiap tahun dilaksanakan, menjelang berbuka puasa. Nantinya semua santri berbuka bersama-sama di halaman pesantren, setelah itu berjamaah bersama di masjid,” terang Rahmatul Maula, salah satu staf pengajar.

Baca Juga :   Mudik Lebaran, Daops 9 Tak Menambah Gerbong dan Keberangkatan Kereta

Dengan bahan-bahan lauk pauk yang sangat sederhana, seperti tahu, mie instan, tandan pisang dan terong bakar, mereka mampu menyulapnya menjadi masakan yang luar biasa nikmatnya.

Selanjutnya, nasi dan aneka lauk pauk ditata di atas daun pisang. Menu berbuka bersama pun siap disantap.

Menurut pengasuh Ponpes Riyadhlus Solihin Habib Hadi Zainal Abidin, tradisi memasak tanak tomang ini, hanya ada bulan ramadan. Selain menggambarkan kebersamaan, tradisi ini menunjukkan tidak ada perbedaan santri anak pejabat maupun santri warga biasa.

“Ya memang kegiatan di pondok seperti ini, ya mereka bisa melakukan kegiatan kesabaran, ya suatu hal kebersamaan. Melatih mandiri, mulai dari menanak nasinya, ikannya, saling bahu-membahu satu dengan lainya. Setiap tahun selama romadon seperti ini,” kata pria yang juga anggota DPRI RI ini.

Baca Juga :   Uji Emisi Gas Buang Dilakukan Untuk Kurangi Pencemaran Udara

Bedug maghrib pun tiba, usai berdoa para santri menikmati makanan dengan menggunakan tangan. Berbaur menyantap menu masakan hasil racikannya sendiri dengan lahap dan nyaman.

Meski, ragam masakan sekedarnya dan beralas daun pisang, mereka merasakan sensasi yang tidak disapat saat berbuka di warung atau restoran. Ya karena saking nikmatnya melahap makanan.

“Nikmat, enak, nyaman dan bisa barokah juga, tidak ditemukan di warung-warung, hanya ada di pesantren itupun setahun sekali di bulan Romadon,” tutur Taufiq Ismail, salah satu santri.

Tanak Tomang ini, akan terus dilestarikan oleh para santri Ponpes Riyadhlus Solihin sebagai warisan budaya dan kuliner nusantara. (fng/saw)