Ngakan Polo’an, Tradisi Unik Makan Bersama di Probolinggo

1717

 

Mayangan (wartabromo.com) – Probolinggo selain dikenal dengan destinasi wisatanya, ternyata juga kaya dengan tradisi. Salah satunya adalah tradisi Ngakan Polo’an, yaitu makan bersama dengan beralaskan daun pisang.

Sadar dengan budaya itu, Polresta Probolinggo menggelar buka bersama dengan cara ngakan polo’an unik dan menarik ini bersama ulama dan Remaja Masjid di ruang serbaguna Mapolresta.

Mereka menggelar daun pisang panjang hingga membentuk huruf U. Kemudian nasi dan lauk pauk yang sudah dimasak disajikan di atasnya. Tentu saja, aneka masakan nusantara yang menumpuk di hamparan daun pisang ini membuat air liur meleleh.

Saat Adzan Magrib berkumandang, setelah membatalkan puasa dengan bertakjil, mereka pun duduk bersila saling berhadapan dan tanpa berpikir panjang menyerbu hidangan di atas daun pisang dengan hanya menggunakan tangan (polo’an/polo’).

Baca Juga :   Wujudkan Sentra Durian Khas Lereng Arjuno, Kertosari Siap Hibahkan Lahan

Terlihat peserta “ngakan polo’an” saat itu lahap menikmati suapan demi suapan hingga tidak terasa nasi dan lauk pauk di alas daun pisang ludes tak tersisa.

IMG-20170612-WA0014

“Ini tradisi pesantren dan juga masyarakat Probolinggo yang disebut Polo’an. Saat makan bersama ini, tidak ada sekat atau perbedaan diantara kami. Tentu hal ini sesuai dengan ajaran Islam. Kredit khusus juga kami berikan kepada Kapolresta yang tidak segan-segan untuk turun langsung ke masyarakat serta menggandeng ulama dalam berbagai kegiatan,” terang ketua MUI Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad.

Sementara itu Kapolresta Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal, mengatakan tradisi yang sudah turun temurun itu, patut dilestarikan.

“Jangan sampai budaya dan tradisi yang sudah ada musnah dan itu sudah kewajiban kita untuk memeliharanya,” kata Alfian.

Baca Juga :   Pencairan PKH Non Tunai Kabupaten Probolinggo Bertahap Untuk 10 Kecamatan Dulu

Kapolresta juga berharap dengan cara Ngakan Polo’an ini, jalinan silaturahim antara kepolisian, ulama dan Remaja Masjid selalu terjaga. Karena dalam suasana informal, permasalahan yang terjadi di masyarakat bisa dipecahkan. Seperti intoleransi antara umat beragama, premanisme, begal dan tindak kriminal lainnya.

“Biasanya berbagi informasi, masukan, dan nasihat dapat terlaksana saat bertemu seperti ini. Kami dapat mengetahui apa yang terjadi karena peran aktif mereka dalam menciptakan rasa aman dan tertib di masyarakat. Semoga kegiatan ini dapat kami adakan secara rutin,” tandasnya. (fng/saw)