Mengenal ‘Ongkek Sesaji’ Suku Tengger Bromo di Ritual Kasada

2713

Sukapura (wartabromo.com) – Kesibukan warga suku tengger menjelang ritual Yadnya Kasada kian terasa. Seperti pada warga Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Probolinggo sejak pagi hingga siang di Minggu (9/7/2017) ini, tampak sibuk mempersiapkan rangkaian ragam sesaji.

Terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, mereka diantaranya asik memotong bambu, kemudian membentuknya sedemikian rupa hingga mirip sebuah pikulan. Menariknya, di kedua sisi ujung bentuk rangkaian bambu tersebut warga juga melengkapi dengan pohon pisang utuh.

Warga menyebut bentuk rangkaian itu ‘ongkek’, yang dijelaskan merupakan tempat beragam sesaji berupa hasil bumi dalam sebuah ritual persembahan ke kawah Gunung Bromo.

Kepala Desa Jetak, Kermat kemudian merinci sesaji dalam ongkek tersebut diantaranya dipenuhi dengan bunga kumitir, bunga tanalayu, bunga waluh, kentang 10 biji, kubis 2 bungkul, kacang-kacangan, daun pakis, daun beringin, daun telotok, daun tebu 2 pucuk, jantung pisang 2 biji, buah pare 2 biji hingga buah pisang sebanyan 2 sisir.

Baca Juga :   Sukses di Pasrepan, Kenduren Mas akan Hadir di Prigen

Sebelumnya dikatakan, bahwa pada tiap-tiap ritual upacara Kasada, warga mempersembahkan sesaji baik orang perorang atau sesaji oleh pihak desa.

PicsArt_07-09-12.38.19

“Sesaji perorangan biasanya berupa kemenyan, kembang rampai, dan hasil bumi. Sedangkan sesaji desa, khusus di buat oleh wong sepuh dan disebut dengan ongkek,” terang Kermat, saat bersama sejumlah pejabat dari Kecamatan.

Pemberangkatan ongkek sesaji biasanya berbondong-bondong dilakukan pada pukul 22.00-01.00 WIB dini hari, dengan diringi rapalan-rapalan mantra oleh sejumlah dukun di sekitar kawah Bromo.

“Masing-masing desa di kawasan Tengger diwajibkan membawa dua ongkek, yang nantinya akan dipersembahkan ke kawah Gunung Bromo. Garam dan air laut merupakan dua hal yang dilarang dalam pembuatan ongkek,” kata pemilik agrowisata stroberi ini.

Baca Juga :   Tersengat Listrik Lalu Jatuh ke Lantai Cor, Tukang Kayu Tewas Mengenaskan

Upacara Kasada diselenggarakan setiap tanggal 14 atau bulan purnama mangsa Ashada (Kasada). Berdasarkan pada mantera yang dirapalkan, upacara Kasada merupakan sebuah ritual peringatan akan perjuangan nenek-moyang masyarakat Tengger, yang telah membangun dan melindungi hidup mereka selama ini.

“Selain ungkapan rasa syukur, masyarakat Tengger juga memohon panen yang berlimpah, memohon tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit melalui upacara Kasada,” tambah Camat Sukapura, Yulius Christian. (cho/saw)