Semaraknya Festival Goreng Kopi di Sarasehan Tani Nasional

1381

Prigen (wartabromo.com) – Suasana Sarasehan Tani Nasional yang digagas Komunitas Averroes di Dusun Tonggowa Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, kian semarak. Jika dua hari sebelumnya, dipertontonkan dengan berbagai kegiatan kelas dan diskusi forum, kini ratusan peserta dihibur dengan aksi nenek-nenek menggoreng kopi.

Ya, sebanyak 30 perempuan rata-rata berusia lanjut terlihat asyik, duduk di depan tungku kayu bakar, menggoreng kopi. Kerapkali tangan mereka mengebas dengan raut muka ‘mbesungut’ menghindari kepulan asap yang keluar dari tungku.

Uniknya, selain tungku kayu bakar, alat penggorengan yang di gunakan terbilang kuno, karena berasal dari gerabah tanah liat.

Beberapa saat sempat terdengar jeritan kecil, karena bara api yang meletup kecil memercik ke tubuh salah satu nenek. Tawa dan senyum pun terlepas hingga sebagian gigi ompong mereka terlihat.

Baca Juga :   Jika Pilkada 'DPRD' Sekarang, Setiyono Bisa Jadi Walikota

Mereka rela berpanas-panasan berhadapan dengan api, hanya ingin menunjukkan kemampuan dalam festival goreng kopi, sehingga dapat menciptakan kopi nan istimewa untuk disajikan.

Unjuk kemampuan dilakukan mulai dari menyangrai kopi, menumbuk biji-biji kopi menghitam, hingga berubah menjadi bubuk kopi siap saji.

Salah satu peserta festival, nenek Suni (72), mengungkapkan kegiatan ini mengingatkannya pada masa-masa muda dulu, saat semua peralatan maupun perkakas masak masih tradisional.

“Seneeng, nggorengnya ini kan sudah ditinggalkan, sudah hampir punah,” ujar nenek Suni, usai ikuti festival, Minggu (30/7/2017).

Mak Ni, begitu ia biasa dipanggil, kemudian sempat mengungkapkan keprihatinan, lantaran tungku kayu bakar dan gerabah penggorengan kopi sudah mulai ditinggalkan.

Baca Juga :   Cabuli 7 Santriwatinya, Pak Ustadz Tak Ditahan

Padahal peralatan tradisional itu adalah sebuah warisan, sehingga sepatutnya untuk tetap dilestarikan.

“Ibu-ibu di sini juga masih menggoreng kopi dengan kereweng (gerabah penggorengan). Tapi sudah mulai sedikit,” lanjutnya.

Sementara itu, Sareh Rudianto, Kepala Desa Jatiarjo mengungkapkan haru, melihat ibu-ibu tua tersebut begitu semangat ikuti festival hingga terlihat semarak.

Pasalnya, kelompok ibu-ibu di desa yang dipimpinnya dikenal pemalu, terlebih seperti festival kopi kali ini yang ditonton ratusan peserta sarasehan tani.

“Saestu (betul-betul) terkejut dan wah banget, ketika melihat ibu-ibu antusias mengikuti festival ini, soalnya pikiran saya hanya tokoh dan pemuda saja tadi,” ungkap Sareh.

Ia juga memberi apresiasi terhadap ibu-ibu peserta goreng kopi, yang rata-rata warga asli dari Dusun Tonggowa mulai dari RT 31 sampai RT 42.

Baca Juga :   Dewan Soroti Kinerja Inspektorat yang Lambat

Selanjutnya di hadapan warganya, Sareh akan memberikan bonus alat sangrai kopi tradisional tersebut kepada satu persatu perempuan yang mengikuti festival goreng kopi.

“Harapannya, bagian tradisi ini tetap bertahan hingga dapat diwariskan kepada yang muda-muda,” tutup Sareh. (*/*)