Idu Geni Betoro Kolo

6675

Beberapa bulan terahir, kebakaran melanda hampir tiap hari di kota Cak Manap. Kalau ndak lahan atau hutan, pabrik, pasar atau pemukiman yang terbakar. Ketigo memang sedang pada puncaknya. Beberapa kecamatan bahkan mengalami kekeringan. Bahkan pada beberapa kecamatan yang dulunya subur dengan air tanah melimpah.

Dan karena kota Cak Manap berada di negara yang menjunjung prinsip alon-alon sukur kelakon, pemadaman bahkan penyelidikan bencana kebakaran selalu berjalan alon-alon hingga seringkali sampai hanya tinggal arang belum bisa dipadamkan. Dan penyelidikan tentang kebakaran, sering menguap seperti ukus.

Wak Takrip membuka primbonnya untuk ngramesi kenapa bencana kebakaran makin istikomah terjadi. Ternyata, diduga maraknya bencana kebakaran ini adalah akibat cipratan Idu Geni sang Betoro Kolo.

Lalu, siapakah, atau apakah Betoro Kolo? Wak Takrip kurang tahu. Sebab kitab primbon warisan buyutnya itu jauh lebih misterius daripada kitab tafsir seribu mimpi andalannya  ngramesi togel. Bertanya kepada Gus Hafidz, jawabannya masih sangsi. Bertanya kepada Firman Murtado, tahu apa anak kemarin sore. Baru Ustadz Karimun lah yang bisa sedikit menyingkap identitas sang Betoro Kolo.

Baca Juga :   Nasdem Serius, SK Duet Gus Irsyad - Gus Mujib Diserahkan

“Betoro Kolo itu ya Sang Waktu, wak takrip. ia adalah mongso atau zaman. Kalau kitab primbon bilang Betoro Kolo mencipratkan idu geninya, berarti zaman yang melakukan semua ini,” jelas ustadz karimun.

“Mosok zaman bisa marah, ustadz?” Wak Takrip janggal.

“Setahu saya, Betoro Kolo itu ada patungnya, yang itu berarti ada sosoknya,” sambung Wak Takrip.

“Ya memang benar. Dalam mitologi Jawa, Betoro Kolo itu adalah penjelmaan zaman dalam bentuk raksasa. Bisa jadi, saat ini ia menjelma menjadi semacam sosok “Gede Dukur” yang punya kewenangan untuk memerintah seseorang membuang puntung sembarangan di atas tumpukan daun kering saat musim kemarau, atau memerintah benda mati semacam kabel dan begeser listrik untuk korsleting hingga menyebabkan kebakaran,” jelas Ustadz Karimun, tolah-toleh waspada.

Baca Juga :   "Superico" Bawa Persekabpas Lolos Kebabak Selanjutnya di Piala Indonesia 2018.

“Mbulet, ndak paham saya, ustadz,” kata Wak Takrip.

“Saya ndak berani menjelaskan secara njelentreh karena kitab primbon juga samar-samar menjelaskannya,” balas Ustadz Karimun menyembunyikan kabar dari langit yang telah ia tangkap.

“Intinya begini, Betoro Kolo itu memang ada sosoknya. Ia adalah jelmaan zaman yang sudah renta namun makin keji ini. Ia tak segan memangsa apa saja demi memuaskan rasa laparnya yang tak pernah selesai. Perutnya seluas segoro, ususnya kiloan meter panjangnya, hingga ia sanggup memangsa apa saja. Jangankan manusia, lapak-lapak pasar, lahan, kebon, bahkan hutan sanggup ia telan.” Wak Takrip makin bingung.

“Berarti ia sangat sakti dan sangat berkuasa, ustadz?”

Baca Juga :   Minta Kompensasi Sosial, Warga Bakar Ban di depan Pabrik Kertas Wonorejo

“Benar. Dan ia sangat keji. Ia tega membakar, merusak, membikin hura-hura serta segenap kekejian demi perutnya yang tak pernah merasa kenyang.”

“Lho, kok mirip Yakjuj-Makjuj?” Wak Takrip heran.

“Bukan. Tapi memang hampir mirip.”

“Jadi primbon itu benar kalau kebakaran yang sering terjadi di kota ini adalah ulahnya?”

“Bisa ya, bisa tidak. Namanya juga ramalan,” jawab Ustadz Karimun, menyembunyikan kabar dari langit yang diterimanya.

“Bingung!” kata Wak Takrip.

“Saya juga ndak berani menjelaskan lebih jelentreh, wak. Betoro Kolo itu sakti. Saya takut membuka jati dirinya dengan lebih gamblang.”

________
Penulis : Abdur Rozaq (WartaBromo)

Catatan : Tulisan ini hanya fiksi semata,
Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan dan tidak ada unsur kesengajaan.