Alumni SMAN 1 Pasuruan : Hadapi Pasar Global, Kopi Pasuruan Harus Pertahankan Mutu dan Cita Rasa

1780

Pasuruan (wartabromo.com) – Ketersediaan lahan mencapai 4.362 hektar (ha) untuk pengembangan budidaya kopi, disebut menjadi peluang usaha baru sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Hanya saja, agar mendapatkan pengakuan di pasaran global, Pasuruan harus memantapkan diri pada mutu kopi dan specialty coffee yang memiliki cita rasa khas.

Hal itu disampaikan, Direktur Utama Research Perkebunan Nusantara, Teguh Wahyudi, pada reuni alumni SMAN 1 Pasuruan angkatan 1973-1982 di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Minggu (24/9/2017).

“Kami mengajak putra-putri terbaik Pasuruan untuk pulang membawa ide dan jaringan usaha (networking) mengembangkan daerah. Ini potensi kopi Pasuruan yang dikemas dalam Kopi Kapiten (Kopi Khas Kabupaten Pasuruan), bisa diangkat menjadi kopi specialty,” ujar Teguh Wahyudi.

Baca Juga :   Pawai Bercadar dan Bergaya Angkat Senjata, Kepala TK Minta Maaf

Dikatakan Teguh, potensi kopi di Pasuruan diyakini bisa bertahan bahkan berpeluang mendapatkan pengakuan pasar dunia.

Alumni SMAN 1 Pasuruan tahun 1982 itu mengungkapkan, Kopi Pasuruan bercita rasa khas karena dihasilkan atau tumbuh di lingkungan yang memadai. Selain itu cara pengelolaan, mulai dari awal budidaya hingga  perlakuan paska panen juga telah diperhatikan petani kopi di Pasuruan.

Kondisi tersebut dibuktikan dengan diraihnya posisi kedua nasional pada ajang lomba kopi se-Indonesia di Aceh akhir 2016 lalu.

Diketahui sentra kopi Pasuruan berada di delapan kecamatan, rata-rata berada di kawasan pegunungan, seperti Tosari, Puspo, Tutur (Nongkojajar), Prigen, Purwodadi, Lumbang, Purwosari dan Pasrepan.

“Menjaga mutu dan cita rasa khas itu harus dipertahankan oleh para petani. Mulai dari lokasi penanaman, pemanenan dengan memetik biji kopi merah, sangat berpengaruh pada cita rasa,” imbuhnya.

Baca Juga :   Forum Tokoh Masyarakat Pasuruan Sodorkan Tiga Nama Pendamping Gus Irsyad

Perbincangan juga tidak terbatas pada kopi, potensi alam dan perkebunan di Pasuruan juga menjadi perhatian. Salah satunya potensi tanaman kakao (coklat), yang belum optimal dikembangkan. Dengan pola budidaya ketinggian 0 hingga 400 meter di atas permukaan laut, potensi kakao juga disebut-sebut produk yang laris di pasaran dunia. (**/ono)