Entas-entas dan Mecak Tengger Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia

2147

Probolinggo (wartabromo.com) – Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo patut berbangga. Pasalnya dua budaya suku, yakni Entas-entas dan Mecak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Dalam upacara menjelang Peringatan Sumpah Pemuda, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyerahkan sertifikat dan piagam kepada Wakil Bupati Probolinggo HA. Timbul Prihanjoko, pada Jumat (27/10/2017) di Grahadi Surabaya.

Sejatinya, penetapan dua budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sudah dilakukan pada 27 Oktober 2016 lalu.

“Alhamdulillah, salah satu budaya asli Suku Tengger diakui sebagai warisan budaya Indonesia. Ini menandakan betapa luhurnya nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur kita. Sehingga kita patut menjaga dan melestarikan budaya bangsa ini,” kata Wakil Bupati Probolinggo HA. Timbul Prihanjoko.

Baca Juga :   Diduga Sopir Ngantuk, Mobil Dinas Kominfo Jatim Tabrak Penjual Sate

Tokoh masyarakat Tengger, Supoyo menuturkan, Entas-entas merupakan salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Tengger untuk acara kematian. Entas-entas diartikan sebagai gambaran dari meluhurkan atau mengangkat derajat leluhur yang sudah meninggal agar mendapat tempat yang lebih baik di alam arwah.

“Dengan kata lain adalah untuk menyucikan roh dari leluhur yang sudah meninggal,” ujar mantan Kepala Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura ini.

Di dalam Entas-entas terdapat urutan yaitu ngresik, mepek, mbeduduk, lukatan, dan bawahan. Saat pelaksanaan yang meninggal didatangkan kembali dengan bentuk boneka. Boneka yang diberi nama boneka petra tersebut terbuat dari dedaunan dan bunga, nantinya disucikan oleh pemangku adat setempat.

Baca Juga :   Para Camat Diminta Proaktif Atasi Krisis Air Bersih

Sebelumnya, juga dibuat kulak atau wadah bambu yang diisi dengan beras oleh keluarga yang bersangkutan. Kulak tersebut sebagai lambang dari yang meninggal tersebut. Selanjutnya, keluarga mulai menyiapkan kain panjang untuk dibentangkan. Dimana para keluarga dan kerabat berkumpul di bawahnya untuk mulai membakar boneka petra.

Dalam upacara adat tradisi tersebut, dijumpai adanya hewan-hewan seperti kambing, kerbau, atau lembu. Salah satu dari hewan yang ada tersebut adalah kambing berwarna putih. Disini, kambing tersebut berperan sebagai kendaraan untuk menuju alam arwah.

“Makna yang terdapat dalam Entas-entas ini yaitu untuk mengembalikan kembali unsur-unsur penyusun tubuh manusia. Unsur-unsur tersebut ialah tanah, kayu, air, dan panas,” terang anggota DPRD Kabupaten Probolinggo ini.

Baca Juga :   Caleg Demokrat Blusuk'an ke Pasar Kebon Agung

Sementara Mecak merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung atau mencari tanggal yang tepat untuk melaksanakan Upacara-upacara besar. Semisal Karo, Kasada maupun Upacara Unan-unan.

Perhitungan itu berdasarkan sistem kalender Suku Tengger yang dinamakan Tahun Saka atau Saka Warsa. Jumlah usia kalender suku tengger berjumlah 30 hari, tetapi ada perbedaan penyebutan usia hari. Yaitu antara tanggal 1 sampai dengan 15 disebut hari, sementara tanggal 15 sampai 30 disebut Panglong.

“Setiap Dukun Sepuh telah mempunyai persiapan atau catatan tanggal hasil Mecak untuk tiap-tiap Upacara yang akan dilaksanakan sampai lima tahun ke depan,” tandas Supoyo. (saw/saw)