Cegah Eksploitasi Hiu Tutul, Polisi dan BKSDA Gelar Patroli

1040

Probolinggo (wartabromo.com) – Kehadiran puluhan hiu tutul di perairan Probolinggo tak dilewatkan warga maupun wisatawan, untuk melihatnya dari dekat. Mencegah eksploitasi, Satpolair Polres Probolinggo dan BKSDA lakukan patroli.

Hiu tutul, dalam bahasa latin bernama rhincodon typus ini, sejak sepekan terakhir muncul di perairan utara Probolinggo. Kemunculan hiu tutul disebut tengah migrasi sekaligus mencari plankton, makanannya di perairan ini.

Munculnya hiu tutul bertepatan dengan jalur penyebrangan Mayangan Kota Probolinggo–Pulau Gili, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Tak ayal, peristiwa itu langsung menjadi hiburan tambahan bagi wisatawan yang hendak menikmati snorkeling di Pulau Gili.

Untuk mengindari eksplotasi, atau bahkan perburuan terhadap hiu tutul tersebut, petugas Satpolair Polres Probolinggo dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) VI Probolinggo melakukan patroli.

Baca Juga :   Yuk, Simak Program "Warmo Sobo Rusia"

Petugas memberikan himbauan kepada para nelayan serta kapal penyebrangan, untuk tidak mengganggu keberadaan hiu tersebut.

Hal utama para wisatawan agar tidak memberi makan, atau melempar sesuatu disekitar hiu tutul tersebut.

“Kami menghimbau agar masyarakat maupun nelayan yang melintas, agar tidak mengganggu keberadaan hiu tersebut. Serta tidak memberi makan atau melempar sesuatu di sekitar hiu berukuran sekitar 10 meter itu,” kata Kapolres Probolinggo Fadly Samad, Rabu (6/12/2017).

Kehadiran hiu tutul atau oleh warga disebut ‘Kek-kakek’ kerap dijumpai setiap tahun. Biasanya kawanan ini datang secara bergerombol dan berenang di sekitar pantai Bentar hingga wilayah pesisir timur Probolinggo. Diketahui di perairan Probolinggo, tempat berkembang biak plankton, yang menjadi makanan utama biota laut ini.

Baca Juga :   Digugat Tempat Karaoke Vision Vista, Pemkab Lumajang Kalah

“Ini menandakan bahwa kondisi perairan Probolinggo terjaga dengan baik. Dengan ukuran besar seperti itu, setidaknya dibutuhkan sekitar setengah ton plankton untuk dikonsumsi. Nah kalau tidak terjaga dengan baik, tentu koloni ini akan pergi dari perairan ini,” terang Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) VI Probolinggo, Sudartono. (fng/saw)