Perbaikan SDN Palang Besi 2 Tak Bisa Gunakan Dana TT

857

Probolinggo (wartabromo.com) – Perbaikan atap gedung SDN Palang Besi 2, Kecamatan Lumbang yang ambruk, ternyata tak bisa dilakukan dengan menggunakan Dana Tak Terduga (TT). Rencananya, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo akan segera bertemu dengan tim anggaran.

Hal itu ditegaskan oleh Kepala Pelaksana Busana Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Anubg Widiarto. Sebab, ambruknya rangka galvalum di 3 ruang kelas itu, tak termasuk dalam kategori bencana. “Yang kita gunakan hanya kedaruratan saja, Sementara, untuk membangun dan mengecat dan lain sebagainya bukan BPBD, itu ada instansi lain,” kata Anung, Selasa (20/2/2018).

Meski begitu, BPBD sendiri tak ingin siswa di sekolah ini terganggu dengan ambruknya tiga atap rumah tersebut. Salah satu upaya dengan telah mendirikan empat tenda regu di lingkungan sekolah. “Yang penting anak sekolah tidak terganggu, makanya kebutuhan untuk ini kami akan penuhi, baik itu tenda atau terpal dan lainnya,” jelas mantan Kadisbudpar ini.

Baca Juga :   Pastikan Kesiapan Jalur Mudik, Dirlantas Polda Jatim Survey Tol Pandaan-Malang

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat, Dewi Korina, mengatakan pihaknya ada beberapa opsi untuk pembangunan di SD ini, diantaranya mendatangi tim anggaran agar ada pergeseran anggaran. Artinya, sekolah ini menjadi perioritas untuk dilakukan pembangunan. Alternatif lainnya, jika hal tersebut gagal, pembangunan itu akan diusulkan pada saat Perubahan APBD 2018 pada pertengan tahun ini.
“Opsinya nanti kami akan ke tim anggaran manakala dimungkinkan untuk pergeseran. Apakah Dispendik atau Perkim (Dinas Perumahan dan Pemukiman, red) yang bangun, kami belum bisa memastikan. Mudah-mudahan terwujud,” kata mantan Kepala Bappeda ini.

Mengantisipasi belum jelasnya pembangunan ruang kelas baru, Kepala SDN Palang Besi 2, Nurul Kustifah mengatakan, berencana akan menerapkan kelas paralel. Yakni dalam satu ruang kelas akan diisi dua kelas, dengan cara menyekat ruangan. Dimana Kelas 1 dan 2 dijadikan satu kelas, begitu seterusnya untuk kelas yang lebih tinggi.

Baca Juga :   Ibu Bayi Terbungkus Karung Pupuk Mengaku Pernah Diperkosa Lima Pria

“Itu kami lakukan jika gedung tersebut belum bisa dibangun dalam waktu dekat. Insyallah cukup karena jumlah total siswanya hanya 78 orang, tidak begitu banyak,” ujar Nurul Kustifah. (fng/saw)