SDN Trajeng 2 Jadi Tempat Penyimpanan Keranda, Bikin Takut Hingga Kurangi Jumlah Murid

1503

Pasuruan (wartabromo.com) – Tempat penyimpanan keranda di dalam komplek SDN Trajeng 2, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, dikeluhkan. Pasalnya, keranda itu disebut-sebut membuat jumlah murid berkurang hingga keberadaanya dianggap menakutkan.

Kondisi itu kemudian menjadi perhatian anggota Komisi 1 DPRD Kota Pasuruan untuk memastikannya. Mereka pun mengungkapkan keprihatinan setelah membuktikan terdapat keranda, lengkap dengan perlengkapan untuk mengurus jenasah itu.

“Ada laporan warga dan pihak sekolah, karena sekolah ini mengalami penurunan siswa,” ungkap Farid Misbah, Komisi 1 DPRD Kota Pasuruan.

Dijelaskan, setiap tahun sekolah ini memiliki 400 hingga 600 siswa, yang diterima tiap-tiap ajaran baru. Namun, saat ini jumlahmya hanya menyisakan 120 siswa.

Farid menyatakan miris dan menyayangkan keranda berada di dalam areal sekolah, sehingga dibutuhkan penyelesaian segera. Karena pendidikan selain membutuhkan penguatan sistem dan kualitas tenaga pengajar, juga harus didukung dengan sarana memadai dan nyaman.

Baca Juga :   Kyai Cabul Sukorejo Divonis Ringan

“Keranda ini tentu mengganggu siswa sekolah,” imbuhnya.

Arini, siswa kelas 5 SDN Trajeng 2 mengaku, sampai saat ini merasa ketakutan, sehingga tidak betah saat memgikuti proses belajar mengajar.

“Kalau ingat (keranda), takut,” ungkap Arini.

Diketahui, tempat penyimpanan keranda itu berada di depan, bagian ujung barat di dalam pagar sekolah. Tempat ini tertutup toilet dan gedung sekolah yang sudah tak terpakai, sehingga keberadaannya tak mencolok.

Bila menuju ke tempat keranda tak berpintu itu, masih melewati lorong sekolah sepanjang 15 meter, sampai kemudian akan dijumpai dipan, tong-tong air berserakan.

Salah satu petugas sekolah, Mulyono menerangkan, tempat keranda merupakan milik warga, yang lebih memilih menyimpannya di areal sekolah karena di pemukiman padat itu, sudah tak memiliki tempat penyimpanan.

Baca Juga :   Jelang Ramadhan, Satpol PP Blusukan Sosialisasi dan Razia

Kondisi ini dikatakan sejak 1990-an. Warga menaruhnya, sementara pihak sekolah dulu juga tidak bisa menolak.

“Sudah puluhan tahun saya bekerja di sekolah ini. Dan keranda itu, pihak sekolah tak bisa berbuat apa-apa,” ujar Mulyono. (ono/ono)