Mau Asah Kemampuan Literasi? Nongkrong di Goeboek Lacor Yuk

2075

Probolinggo (wartabromo.com) – Sebuah gubuk di Dusun Lacor, pinggiran Desa Brabe, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, disulap sebagai perpustakaan mini. Bangunan sederhana, disebut Goeboek Lacor itu, sebagai sarana membangun budaya literasi anak-anak desa sekaligus ihtiar memupuk tunas muda, agar tak tergerus zaman.

Di tengah derasnya perkembangan teknologi informasi, tatanan sosial dan budaya masyarakat mulai terkikis. Akses komunikasi informasi yang cepat, membuat seseorang dengan mudah terhubung dengan dunia luar hanya dalam genggaman gadget. Tak hanya kawasan perkotaan, cengkeraman globalisasi mengakar ke desa-desa dan kawasan terpencil.

Ya, dengan model panggung berdinding anyaman bambu bercampur triplek, Goeboek Lacor didirikan oleh sekelompok pemuda Desa Brabe yang diinisiasi oleh Badrul Kamal. Tujuannya untuk membangun kemampuan literasi, memperkuat karakter dan memupuk tunas bangsa mumpuni.

Baca Juga :   Gedoeng Woloe dalam Sejarah Pasuruan

Meski sederhana, di dalam gubuk berukuran 4X4 meter itu, terdapat puluhan buku berbagai kategori, dari buku ilmiah hingga cerpen. Pada salah satu dinding, tertulis ‘Gerakan Membaca Sejak Dini LACOR’. Lalu ada kata kutipan dari Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid, red) berbunyi : Kita membaca apa saja, bisa buku, lingkungan atau alam.

“Kami berharap agar generasi bangsa tidak terjebak dan terbuai dengan perkembangan zaman. Di gubuk ini, berbagai buku bacaan kami sediakan, agar remaja-remaja disini mendapatkan pengetahuan dari buku, bukan media sosial,” ujar Badrul Kamal, Sabtu (31/3/2018).

Sejak didirikan awal Februari 2017 silam, Goeboek Lacor mampu menjadi ‘Gubuk Pengetahuan’, membangun budaya leterasi muda-mudi di Desa Brabe. Bahkan, juga bagi anak desa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Baca Juga :   Seru! Adu Tangkas Polwan Probolinggo di Hari Kartini

Sayang, upaya mereka hanya dipandang sebelah mata oleh Pemerintah Desa (Pemdes). Bahkan Pemdes merasa terancam dengan keberadaan komunitas anak muda yang konsen menebarkan ilmu pengetahuan itu.

“Tak ada dukungan yang sifatnya positif diberikan. Padahal gubuk ini sudah diterima oleh masyarakat. Buku-buku gubuk, itu kami dapat melalui swadaya komunitas, ” kata mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jogjakarta itu.

Zainullah, salah satu warga mengaku senang, dengan keberadaan Goeboek Lacor. Sebab, menurut Zainuddin, biasanya anak-anaknya keluar rumah tanpa tujuan jelas. Namun sejak adanya gubuk itu, mereka hampir setiap hari bisa ditemui di dalam gubuk sedang membaca buku-buku yang tersedia.

“Kami dukung perjuangan adik-adik pemuda ini, biar masa depan anak-anak kami di masa mendatang lebih terjaga. Selama kegiatannya positif dan bermanfaat, silahkan diteruskan, gak apa-apa,” terang penebang sengon ini. (cho/saw)