Kue Mangrove Laris Manis Untuk Kue Lebaran

1866


Probolinggo (wartabromo.com) – Ibu-ibu nelayan di Probolinggo mengubah biji dan daun mangrove, menjadi bahan bahan baku kue. Aneka kue yang renyah dan lezat membuatnya diburu konsumen untuk kue lebaran.

Pada Ramadhan kali ini, omset penjualannya meningkat drastis
Ibu-ibu nelayan Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo membuat kue olahan mangrove. Biji magrove diolah menjadi aneka kue kering yang mak nyus di lidah. Ada stick jeruju, kue ulat sutra, koro sembunyi, koro mangrove, kue kering sumprit dan kerupuk mangrove.

Harganya bervariasi, yakni Kerupuk dijual seharga Rp. 5.000 per bungkus, stick jeruju Rp. 8.000 per bungkus, kue ulat sutra Rp. 8.000 per bungkus, koro sembunyi Rp. 10.000 per bungkus, koro mangrove dan kue kering sumprit sebesar Rp. 15.000 per bungkus.

Baca Juga :   Tak Tahan Dengar Cerita Anaknya Dicabuli, Endang Pingsan di Ruang Sidang

Kreatifitas ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Duta Harapan itu, membuahkan hasil. Sebab dalam Ramadhan kali ini, omset penjualannya meningkat pesat. Setidaknya sudah 1.000 bungkus berbagai macam kue beralih ke tangan konsumen.

“Harganya variasi tergantung produknya masing-masing, selama ramadhan meningkat pesat dari hari-hari sebelumnya. Selain harga yang murah juga enak cocok untuk lebaran ini murni dari mangrove,” kata Wiwit Homsiatun, ketua kelompok usaha Duta Harapan.

Untuk membuat kue olahan mangrove, mereka terlebih dahulu memanen biji dan daun mangrove yang berada di sekitar rumah mereka. Setelahnya, biji mangrove dilepaskan dari kulit, sementara daun mangrove dirajang kecil. Untuk membuang racun yang terkandung didalamnya, biji mangrove dicuci bersih dan direbus, lalu kembali direndam dengan campuran garam.

Baca Juga :   Megaproyek Umbulan, Warga Sekitar Diberi 20 liter / detik

Setelah direbus dan berwarna hijau kecoklatan lalu dicampur dengan bahan-bahan lain. Seperti terigu, telur, bawang putih, bawang merah, garam dan mentega, sebelum akhirnya dicetak menjadi aneka kue olahan.

Tidak mudah bagi ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok usaha Duta Harapan ini untuk menyulap kue olahan mangrove. Selain harus pintar membuang racun, mereka juga harus belajar otodidak selama dua bulan.

“Meski bentuknya sama dengan kue-kue yang di pasaran, kue mangrove ini mempunyai rasa khas, yakni pahit-pahit gimana gitu. Anak-anak dan keluarga yang lain pada suka. Makanya saya beli kue ini untuk persiapan lebaran nanti,” tutur Romiyati, salah satu penikmat kue mangrove. (cho/saw)