Keluarga, Fondasi Utama Membangun Masa Depan Anak

1489
Cukup banyak teori yang mengajarkan betapa keluarga berperan pada perkembangan dan pendidikan anak. Tetapi, pengalaman pula yang pada akhirnya mengajarkan betapa kehadiran keluarga lebih penting dari segalanya.
Laporan: M. Asad Asnawi
Harta yang paling berharga, adalah keluarga… yang paling indah, adalah keluarga….
Puisi yang paling bermakna, adalah keluarga….
Mutiara tiada tara, adalah keluarga….

LAGU berjudul Keluarga Cemara ini begitu populer. Sebuah penggambaran akan pentingnya sebuah keluarga. Bahkan, dalam lirik lagu yang juga menjadi soundtrack sinetron di era 90-an itu, keluarga tidak kalah lebih berharga daripada harta apapun, istana manapun.

Tetapi, bukan karena lagu itu Darmawan ngeh dengan arti keluarga. Sampai sebuah peristiwa yang menimpa anak pertamanya, seolah menamparnya, hingga membuatnya tersadar betapa kehadiran keluarga begitu berarti bagi si anak.

Ceritanya, hari-hari itu Darmawan memang tergolong cukup sibuk. Maklum, ia belum lama diberhentikan dari tempatnya bekerja. Karena itu, demi mencukupi keluarganya, ia pun kerja membanting tulang. Berangkat pagi, pulang malam.

Baca Juga :   Ada Pawai Budaya di Pandaan, Ini Jalur Alternatif Hindari Macet

“Saya datang, dia sudah tidur. Saat berangkat, kadang dia yang masih tidur karena saya juga pagi-pagi sekali berangkatnya,” terangnya.

Ia sejatinya menyadari, perubahan pola kerjanya itu membawa konsekuensi lain. Intensitasnya bertemu dengan anaknya berkurang. Sampai kemudian, di beberapa kesempatan, ia merasa ada yang tidak beres dengan gaya bicara putranya; kurang memperhatikan kala diajak bicara.

Melihat perubahan perilaku pada sang anak, Darmawan mulai curiga. Tanpa sepengetahuan si anak, ia berinisiatif untuk memeriksa isi tasnya. Satu dua kali, ia tidak mendapati apa-apa. Hingga suatu ketika, ia menemukan beberapa butir obat terlarang di dalam tas.

“Ya, apa yang saya khawatirkan ternyata benar,” ujar Darmawan, 25 Juli lalu.

Baca Juga :   Protes Aktifitas Tambang, Warga Sumberanyar Blokir Jalan

Minimnya perhatian akibat kesibukannya di luar, menjadi alasan anakya mengonsumsi obat terlarang itu. Bahkan, imbas dari penyimpangan tersebut, fokus belajarnya menjadi berkurang. Sampai kemudian, satu kali ia tidak naik kelas.

“Sejak saat itu, aktivitas di luar akhirnya saya batasi,” terangnya.

Jika tidak, ia meluangkan waktu akhir pekan untuk berkumpul di rumah atau rekreasi.

Bukan saja Darmawan. Pengalaman yang sama juga datang dari Ariansyah, pengusaha asal Pasuruan. Kesibukannya mengurusi pekerjaan di luar, membuat hari-harinya untuk berkumpul anak-anaknya sedikit berkurang. Yang terjadi, sang anak mencari perhatian di antara teman-temannya. Sampai suatu waktu, ia mendapat laporan dari salah satu temannya yang kerap menjumpai anak perempuannya kongkow-kongkow hingga larut malam.

Dua cerita yang datang dari orang tua asal Pasuruan itu, hanyalah potret akan dampak dari minimnya perhatian terhadap sang anak. Karena itu, memberikan perhatian yang cukup, seperti sekadar menanyakan suasana belajar di sekolah, menjadi hal penting.

Baca Juga :   Hendak Rampas Motor Anak SMK, Nyaris Tewas Dihajar Massa

“Bagi sebagian orang, mungkin sepele ya. Tapi, seperti saya yang pernah mengalami langsung, ternyata itu sangat penting,” kata Darmawan.

Seorang anak, kata dia, tidak sekadar butuh uang saku tiap pagi. Lebih dari itu. Mereka lebih butuh pertanyaan, perhatian ketika sepulang dari sekolah. Nah, perhatian-perhatian kecil seperti itu yang jarang ia berikan, sebelum ia memergoki penyimpangan pada anaknya. Bukannya tidak sadar. Tetapi, tuntutan ekonomi yang membuatnya tak sempat.

Menurut Darmawan, sebenarnya, ada pola yang bisa dilakukan, guna mempersempit kemungkinan adanya perilaku menyimpang pada anak. Misalnya, dengan menjaga hubungan atau komunikasi yang baik dengan lingkungan dan juga sekolah.