“Salju Bromo” Rusak Tanaman Warga Tengger

1962

Probolinggo (wartabromo.com) – Embun upas atau frost yang turun di Pegunungan Tengger, Kabupaten Probolinggo merusak tanaman kentang milik warga. “Salju Bromo” yang turun pada puncak kemarau itu, menyebabkan tanaman kering seperti terbakar.

Embun upas biasa turun pada saat suhu di bawah 0° celcius di Kawasan Bromo. Petani kentang pun khawatir dengan kondisi ini. Sebab, jika tanaman terkena frost bisa kering dan menyebabkan kematian. Kondisi itu diawali dengan bintik-bintik kering pada daun kentang. Lama-kelamaan bintik itu semakin membesar dan akan membuat tanaman kentang mati.
“Saat ini sudah ada lahan kentang yang kering tanamannya. Setelah malam harinya kena embun, paginya langsung terpapar sinar matahari. Serangan embus upas terjadi di beberapa lokasi,” ujar Sudir, warga Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Selasa (7/8/2018).

Baca Juga :   Karutan Bangil : Tahanan Over Capacity akan Dipindahkan

Menurut Sudir, selain Wonokerso, di Kecamatan Sumber, ada Desa Sumber Anom yang terserang “salju”. Sementara, di Kecamatan Sukapura, ada Desa Ngadisari dan Ngadirejo. Biasanya yang terdampak adalah lahan yang kemiringannya ada di sisi selatan. Sebab, pada sisi ini masih banyak yang ditanam kentang oleh warga. Sedangkan, lereng di sisi timur tidak ditanami warga, karena langsung berhadapan dengan sinar matahari.

“Yang terdampak daerah yang dekat dengan Bromo. Kerusakan lebih parah, terjadi pada lahan yang berada di lembah-lembah. Sebab, suhunya dibawah nol derajat. Semalaman tanaman itu terpapar hawa dingin, kemudian pada siang harinya tersengat panas matahari yang sangat terik,” tambahnya.

Usia tanaman kentang yang terkena embun upas sudah 70 hari atau hampir panen, sebab usia panen mencapai 90 hari. “Sebenarnya petani sudah paham jika Juli-Agustus embun upas akan datang, namun petani tetap menanam,” jelasnya.

Baca Juga :   Bupati Irsyad: Pemuda Harus Jadi Pelopor Perubahan

Belum diketahui secara pasti luas kerusakan tanaman kentang di 2 kecamatan ini. Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak pemerintah daerah terkait luasan hingga upaya penanganan, pasca terjadi embun upas. (cho/saw)