Hemat Berujung Kiamat di Pawai Merdeka

1956
Dibalut seragam serba hitam, anak-anak TK itupun (dipaksa berhemat) mengenakannya. 

Oleh Tuji

BERHEMAT. Kata ini cukup mengejutkan. Bukan apa-apa, kalau semisal kata itu digunakan untuk mengatur keuangan sebuah rumah tangga. Sepertinya lumrah saja, karena beberapa produk bayi, macam diapers, kerap menyetempel kata hemat di bungkusnya.

Tapi, yang kita dengar kali ini adalah pernyataan seorang kepala sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Probolinggo. Lantaran pingin hemat, properti yang tersimpan dalam “gudang”, dimanfaatkan untuk pawai budaya di hari kemerdekaan.

Dibalut seragam serba hitam, anak-anak TK itupun (dipaksa berhemat) mengenakannya. Jadi lebih mirip ninja Jepang sih, seperti yang sering kita lihat di film. Mereka berbaris, sengaja dipertontonkan di tengah jalan. Cuman bedanya, ninja jepang berbekal pedang katana. Nah, anak-anak ini menenteng replika senjata laras panjang.

Baca Juga :   Angka Perceraian di Pasuruan Alami Tren Peningkatan

“Kami tidak ada niat apa-apa, apalagi menanamkan jiwa kekerasan. Semua hanya niat pawai dengan memanfaatkan properti yang ada, sehingga lebih hemat,” kata Hartatik, Kepala TK Kartika V-69, seperti ditulis wartabromo.com, kemarin.

Anak-anak yang seharusnya menunjukkan wajah ceria, lucu dan menggemaskan itupun berubah menjadi sosok menakutkan. Mereka telah berujud jadi sosok-sosok keras. Ada orang bilang, lebih mirip teroris.

Di benak para bocah, barangkali biasa-biasa saja. Bisa jadi mereka merasa seperti ratusan kawan-kawannya, yang turut berjalan mengenakan busana adat budaya, pawai memeriahkan hari Kemerdekaan Indonesia.

Nah, hemat yang diinginkan para pendidik itu malah berujung jadi ‘bom” di tengah masyarakat. Jadi semacam kiamat kecil. Para pendidik itu justru juga hemat (baca: cetek) berpikir. Bagaimana mungkin tak memahami efek sosial yang ditimbulkan dari buah kata hematnya.

Baca Juga :   Truk vs Motor di Beji, Sopir Tak Tahu Kalau Lindas Orang

Publik pun mengecam. TK ini telah kenalkan paham kekerasan kepada anak-anaknya, akhirnya dialamatkan. Malah semakin sedikit runyam, karena lembaga pendidikan untuk anak usia dini itu, ternyata di bawah naungan Kodim Probolinggo. Ah, jadi bingung.

Boleh juga menunggu ulasan para ahli, apa yang bakal terjadi, bila anak-anak terus-terusan berkostum tertutup memanggul senjata, seperti pada kegiatan TK itu.

Pihak sekolah juga telah memberikan alasan, memilih busana tertutup berwarna hitam dilengkapi replika senjata, hanya menyesuaikan tema yang diusung di hari merdeka, ‘Perjuangan Bersama Rasulullah untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa’.

Tapi sudahlah. Mending berbaik sangka dan ambil pesan baiknya. Si ibu kepala lembaga yang berada di lingkungan Markas Kodim Probolinggo itu, barangkali ingin menunjukkan kembali pesan yang sudah lama tak saya dengar, “Hemat Pangkal Kaya”. Jadi untuk adik-adik jangan boros dan sisihkan uang jajan hariannya ya? (lha kok jadi guru TK) hehehe.

Kerja yuk. (*)