Peluang Bisnis Bit Merah Dataran Rendah

7469

Probolinggo (wartabromo.com) – Petani Probolinggo berhasil mengembangkan budidaya tanaman bit merah (beetroot) di dataran rendah. Bit merah itu, dikembangkan oleh Kelompok Tani (Poktan) Cempiring di Dusun Tanjung Kidul, Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton. Keberhasilan itu membuka peluang bisnis bit merah yang masih langka.

Menurut Rahmad Yogi Samantha, ketua Poktan Cempiring, bit merah biasanya tumbuh di dataran tinggi diatas 1.500 mdpl. Namun, kelompoknya mampu mengembangkan dengan baik di dataran rendah yang hanya 2 mdpl. Budidaya tanaman dataran tinggi itu, sudah dikembangkan sejak 10 April 2017 lalu. Lahannya pun tak luas, hanya sekitar 400 meter persegi.

“Ini satu-satunya di Indonesia. Suhu atas tanah di Paiton ini, jauh lebih panas dibandingkan di dataran tinggi. Saya menyiasati dengan menurunkan suhu di bawah tanah, melalui pemurnian tanah. Sehingga akar bisa tumbuh dan memungkinkan tanaman tetap bisa hidup,” jelas pria yang biasa disapa Yogi ini, Sabtu (1/9/2018).

Baca Juga :   Mayat Pria Tergeletak di GOR Probolinggo Gegerkan Peserta Senam

Yogi menerangkan di lahan seluas 400 meter persegi, bisa ditanami hingga 1.000 bibit Bit Merah. Bibit itu dibeli di daerah Malang, sudah dikenal sebagai salah satu penghasil bit merah di Indonesia. Dengan perlakukan full organik, dalam 2,5 bulan sudah bisa dipanen. Lahan seluas itu, mampu menghasilkan sekitar 1 kuintal.

Harga jualnya Rp 35.000 per kilogram. Harga tersebut cukup murah, sebab di supermarket 1 kilogram bit merah dijual seharga Rp. 50 ribu. Dengan harga jual Rp. 35 ribu kilogram, maka dalam 1 kali panen bisa menghasilkan Rp. 3.500.000. Dalam setahun, lahan itu minimal bisa memanen 4 kali, atau menghasilkan Rp. 14 juta.

Tak hanya dijual dalam bentuk buah, Poltan itu juga menjualnya dalam bentuk sari buah. Setiap kilogram buah bit segar bisa diproduksi menjadi 15 botol siap jual. Satu botol kecil dijual Rp. 6 ribu per botol.

Baca Juga :   Terguling di Purwodadi, Glondongan Kertas Muatan Trailer ini Timpa Motor dan Mobil

“Sangat menjanjikan. Apalagi tanaman itu bisa bertahan hingga 4 bulan di dalam tanah. Untuk pemasarannya masih di seputar Probolinggo. Karena masih terkendala luas lahan tanam,” tutur pemuda pelopor berprestasi nasional 2015 ini.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari, mengatakan keberhasilan Poktan itu patut diapresiasi. Sebab, sistem pertanian ini juga menjamin ketahanan pangan. Sebab sistemnya bisa diterapkan pada komoditi pangan lainnya.

“Harapannya inovasi ini mampu ditularkan dan ditiru oleh petani lain yang ada di Kabupaten Probolinggo. Poktan Cempiring sendiri merupakan salah satu Poktan yang dijadikan percontohan organik di Kabupaten Probolinggo. Mudah-mudahan apa yang dilakukan Poktan Cempiring ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Hasyim. (cho/saw)