Apa itu Stunting?

5866

DUA tahun belakangan, kata stunting kerap didengar. Atau mungkin tidak semua akrab dengan stunting.

Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seorang anak lebih pendek dibanding tinggi anak lain seumurannya. Asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, menjadi penyebab stunting pada anak.

Dalam buku saku penanganan stunting milik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menjelaskan, meskipun sama-sama disebabkan kurang asupan gizi, stunting berbeda dengan gizi buruk.

Anak dikatakan menderita gizi buruk ketika Berat Badan (BB) anak tidak sesuai dengan anak-anak seusianya. Sedangkan pada kasus stunting, ketika seorang anak tidak memiliki Tinggi Badan (TB) sesuai dengan anak lain yang seumuran.

Baca Juga :   IDI Soroti Praktik Penyembuhan Ningsih Tinampi

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir. Tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.

Banyak faktor yang menyebabkan bayi/balita tumbuh “kerdil”, salah satunya, minimnya pengetahuan ibu mengetahui kesehatan dan gizi. Bahkan, di daerah pelosok, akses makanan bergizi, air bersih dan sanitasi, layanan kesehatan yang terbatas juga menjadi faktor penyebab bayi/balita mengalami kekerdilan.

Gejala stunting yang bisa dikenali di antaranya pertumbuhan anak melambat, pertumbuhan gigi terlambat, ketika anak usia 8-10 tahun anak menjadi lebih mendiam. Wajah tampak lebih muda dari seusianya. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar serta tanda pubertas melambat.

Jika mengacu pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dikeluarkan oleh Kementerian dan Kesehatan (Kemenkes) RI, ketika bayi baru lahir hingga usia 6 bulan, normalnya memiliki tinggi antara -2 SD s/d 2 SD.

Baca Juga :   Menunggu KIS Aktif, Balita Penderita Radang Selaput Otak Butuh Uluran Tangan

Acuan angka yang diperoleh tersebut, berdasarkan grafik tinggi badan, sebagaimana telah ditentukan Kemenkes RI. Buku KIA, biasanya diperoleh ketika seorang yang memiliki anak, datang ke Posyandu.

Risiko jangka pendek yang dialami anak stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.Tentu, akibat buruk yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit.

Selain itu, risiko tinggi dapat diketahui di antaranya dengan munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, serta disabilitas pada usia tua.

Hal kecil yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah pemberian ASI Ekskusif pada bayi usia 0-6 bulan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, pemberian makanan gizi lengkap pada ibu hamil, rutin memantau pertumbuhan balita di Posyandu terdekat, selain juga memberikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A.

Baca Juga :   Stunting Tinggi, Kabupaten Probolinggo Dikeroyok 22 Kementerian

*) Artikel ini disarikan dari berbagai sumber oleh Bela, wartawan WartaBromo.