Daging Ayam Potong Pengaruhi Deflasi Di Kota Probolinggo

1220

Probolinggo (wartabromo.com) – Harga-harga di Kota Probolinggo pada bulan Agustus lalu mengalami deflasi sebesar 0,35 persen. Harga jual daging ayam potong yang berada di bawah Rp. 30 ribu turut mempengaruhi deflasi itu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari beberapa kota di Jawa Timur, deflasi terbesar terjadi di Kota Probolinggo. Di bawah Kota Mangga ada Kabupaten Sumenep sebesar 0,19 persen, Kota Kediri 0,10 persen, Kota Madiun 0,08 perse, Kabupaten Banyuwangi 0,05 persen dan Kabupaten Jember 0,01 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi di Kota Malang 0,05 persen dan Kota Surabaya 0,23 persen.

Ada empat kelompok pengeluaran mengalami deflasi. Yakni bahan makanan, sandang, pendidikan rekreasi dan olahraga, transportasi komunikasi dan jasa keuangan. Sementara yang mengalami inflasi ada kelompok yang mengalami inflasi antara lain makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok perumahan listrik gas dan bahan makanan serta kesehatan.

Baca Juga :   Ini 3 Desa Tercepat Gelar Pilkades di Pasuruan

Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bambang Agus Suwignyo mengatakan, pemkot telah berupaya mengendalikan inflasi di bulan Agustus. Salah satunya dengan mengintervensi harga jual daging ayam potong. Dimana saat ini sudah berada di bawah Rp30 ribu per kilogram. Selain daging ayam potong, daging ayam buras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan.

“Insyaallah tidak akan terjadi inflasi yang sangat tinggi, tentu ada upaya yang kita lakukan. Yakni, memonitor terus harga komiditi di pasaran oleh OPD terkait, melakukan operasi pasar bila terjadi kenaikan harga dengan drastis, memasok bahan komoditi dengan mendatangkan produk luar daerah ke Probolinggo untuk menstabilkan harga,” kata pria yang juga menjabat Sekda Kota Probolinggo ini.

Baca Juga :   Aktivis: Kalau 'Gajah-gajah' Tebang Mangrove Hukum Diam

Sementara itu, Kasi Distribusi BPS Kota Probolinggo, Machsus mengimbau pada masyarakat belajar menahan diri. Meski secara nasional perjalanan rupiah masih bergejolak, inflasi masih terkendali.

“Tidak perlu berbelanja yang tidak kita butuhkan, karena bisa menganggu stabilitas ekonomi. Masyarakat harus berhati-hati dalam berbelanja terhadap sesuatu yang kita perlukan,” tegasnya. (saw/saw)