Bank Century Lagi Hidup Mati

1134

“Yang akan disomasi Partai Demokrat itu memang memojokkan. Judulnya sexy: Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy’. Penulisnya: John Berthelsen sendiri.”

oleh Dahlan Iskan

Kasus Bank Century hidup lagi. Mati lagi. Di luar negeri. Lebih tepatnya akan hidup-mati terus.

Yang menghidupkan dan mematikannya itu media dari Hongkong: Asia Sentinel. Media online. Tapi dikenal sangat serius. Reputasinya tinggi. Independen. Profesional.

Tapi kali ini agak aneh.

Tanggal 12 September lalu media itu membuat heboh. Di Indonesia. Partai Demokrat merasa dirugikan. Akan mensomasinya. Sebelum somasi dilayangkan berita tanggal 12 September itu tidak ada lagi.

Berarti hanya tiga hari berita itu mejeng di Asia Sentinel. Tanpa pemberitahuan: mengapa berita itu dicabut. Juga tidak ada permintaan maaf.

Orang media bisa bingung. Apa yang terjadi. Kalau pencabutan itu karena Asia Sentinel merasa bersalah harusnya minta maaf. Kalau tidak minta maaf mestinya tidak merasa bersalah. Itulah uniknya media online. Yang tidak akan terjadi pada media cetak.

Baca Juga :   Sedang Diperbaiki, Kapal Terbakar di Dermaga Pelabuhan

Di media cetak sebuah berita abadi adanya. Termasuk berita salah. Tidak bisa dicabut. Tidak mungkin. Sudah terlanjur dicetak. Terlanjur beredar. Kalau berita koran itu salah harus diralat. Kalau merugikan orang lain harus meralat plus minta maaf.

Di online ada enaknya. Pernah tulisan saya salah menyebut tahun. Begitu pembaca meluruskannya langsung bisa diubah.

Di koran tidak bisa. Yang sudah terlanjur beredar abadi adanya.

Tapi berita online itu kan juga sudah beredar. Sudah disimpan orang. Dalam file. Bahkan sudah diprint juga.
Ahli kode etik tentu tertarik mendiskusikannya. Pun para ahli hukum pers.

Asia Sentinel mestinya tidak main-main. Pimrednya wartawan senior: John Berthelsen. Lahir di California. 30 tahun jadi wartawan. Di Asia.  Pernah tinggal di berbagai negara Asean. Kini umurnya sekitar 82 tahun.

Baca Juga :   Nasi Goreng Bontotan, Penyebab 4 Siswa Madrasah Keracunan

Berthelsen asli seorang  wartawan. Kuliahnya di California State University di  Chico. Sastra Inggris. Kira-kira 130 km di utara  San Fransisco.

Koran pertama tempatnya bekerja adalah Sacramento Bee: bacaan saya setiap ke Sacramento. Ibukota California. Waktu itu. Kalau lagi nengok anak saya yang kuliah di sana. Dua jam bermobil dari San Fransisco.

Tahun 2015 Berthelsen pernah disomasi wanita Malaysia: Rosmah Mansor. Agar minta maaf. Dalam 28 jam.

Itu gara-gara Asia Sentinel menulis begini: Rosmah berusaha mengganti gubernur Bank Sentral Malaysia. Dengan pejabat baru dari kroni suaminya: Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Berthelsel bergeming. Tidak mau minta maaf. Tentu saja.

Yang akan disomasi Partai Demokrat itu memang memojokkan. Judulnya sexy: Indonesia’s SBY Government: ‘Vast Criminal Conspiracy’. Penulisnya: John Berthelsen sendiri.

Baca Juga :   Rute Lebih Menantang, Banyak Tanjakan di Bromo Marathon 2018

Judul itu tidak menuduh SBY pribadi. Melainkan pemerintahan SBY.  ‘Vast Criminal Conspiracy’-nya juga pakai tanda kutip.

Berthelsen wartawan kelas berat. Setelah di Sacramento Bee ia bekerja untuk koran terkemuka di dunia: Asian Wall Street Journal. Sebagai edisi Asia. Dari Wall Street Journal New York.

Berthelsen sangat idealis. Ia pernah jadi wartawan perang. Meliput perang Vietnam. Selama delapan tahun.
Ia mendirikan Asia Sentinel juga karena idealisme: koran-koran Barat kurang mau lagi mengcover Asia.

Koran Barat semakin menjadi  koran lokal. Itulah tuntutan masyarakat baru di sana. Juga di mana saja. Termasuk di Indonesia. Koran nasional hilang. Koran lokal terbilang.

Karena itu Wall Street Journal menutup edisi Asianya.
New York Times menutup Intermational Herald Tribunenya.
Majalah Asiaweek tutup juga. Kantor biro mereka di Asia dikecilkan. Atau dibubarkan.