Pemkab Probolinggo Siapkan Ojek Pendidikan

888

Probolinggo (wartabromo.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo terus berusaha memajukan mutu pendidikan. Yaitu dengan meminimalisir angka putus sekolah.

Salah satu kebijakan yang diambil adalah dengan menyediakan ojek bagi pelajar di daerah sulit. Bentuknya berupa subsisi biaya ojek untuk siswa.

Pemkab Probolinggo melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) berupaya untuk meningkatkan lama sekolah yang tercatat 5,6 saja. Sebab, angka lama sekolah ini, lebih rendah dibandingkan lama sekolah Provinsi Jatim yang tercatat 7,3. Sementara untuk angka harapan sekolah sudah diangkat 12 tahun.

“Itu yang disampaikan Gubernur (Jatim) saat pelantikan. Kami sudah menyiapkan program. Baik berupa kejar paket, pelatihan, dan sebagainya. Termasuk penyediaan ojek bagi pelajar. Angka lama sekolah ini berbeda dengan angka harapan sekolah di Kabupaten Probolinggo yang sudah mencapai 12 tahun,” kata Bupati Probolinggo dalam wawancara khusus dengan wartabromo.com.

Baca Juga :   Siswa SMKN 1 Kota Pasuruan Tewas, Diduga Jadi Korban Tabrak Lari

Untuk penyediaan ojek pendidikan ini, Pemkab akan melibatkan warga setempat. Sementara ongkos ojek akan dibayari Pemkab Probolinggo setiap bulan. Alokasinya Rp. 200 ribu per bulan per siswa. Dengan ojek bagi pelajar di daerah terpencil ini, Pemkab Probolinggo berharap dapat memperlama sekolah anak di Kabupaten Probolinggo.

“Ojek itu bisa bapaknya (yang jadi ojek), tetangga atau lainnya. Pemerintah akan subsidi,” ujar istri Hasan Aminuddin ini.

Secara geografis wilayah Kabupaten Probolinggo, juga mencakup pengunungan dengan medan cukup sulit. Seperti di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Sumber, Kuripan, Krucil, Tiris, Gading dan Pakuniran. Anak-anak di daerah ini, perlu perjuangan ekstra berangkat sekolah karena jarak yang cukup jauh.

Baca Juga :   Pencak Mancilan: Bertabur Prestasi, Terabai di Kampung Sendiri

Kondisi itu, tak jarang membuat mereka putus sekolah. Bahkan, mereka yang lulus, tak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebab jarak yang cukup jauh, meski biaya pendidikan sudah gratis.

Sementara di sisi lain, orang tua siswa tak mampu menyediakan jasa ojek dengan alasan ekonomi. Baik itu bekerja di ladang atau alasan lainnya. Sehingga keberadaan ojek pendidikan itu disambut positif oleh orang tua siswa.

“Kalo memang ada ojek untuk siswa, ya jelasnya sangat membantu. Apalagi rutinitas orang tua siswa disini adalah petani. Dimana bila musim hujan, para petani berangkat ke ladangnya biasanya dimulai dari jam 5 pagi. Jadi seringnya disini kalau sudah musim hujan, maka dalam hal mengantar anaknya ke sekolah sering gantian sama tetangganya,” kata Sudir, warga Wonokerso, Kecamatan Sumber. (saw/**)