Keren, Santri Probolinggo Upacara Bendera Pakai 3 Bahasa

1671

Probolinggo (wartabromo.com) – Santri pondok pesantren (Ponpes) Riyadhlus Solihin Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, melaksanakan upacara bendera, Senin (22/10/2018). Uniknya, mereka menggunakan 3 bahasa dalam upacara memperingati Hari Santri Nasional (HSN) itu.

Dengan menggunakan busana khas yakni sarung dan kopiah, ribuan santri Ponpes Riyadhlus Solihin mengikuti upacara bendera. Ribuan santri pondok yang beralamat di Jalan Raya Soekarno Hatta itu, tampak khidmat mengikuti upacara. Baik santri putra maupun putri menyanyikan lagu Indonesia Raya penuh khidmat. Mars Yaa Lal Wathan karya KH Wahab Hasbullah juga dinyanyikan penuh semangat.

Prosesi upacara dengan Inspektur upacara Habib Hadi Zainal Abidin itu, tak beda jauh dengan upacara bendera lainnya. Selain pakaian khas santri, yang menjadi pembeda adalah penggunaan bahasa dalam upacara itu. Dimana dalam upacara itu, komandan dan perangkat upacara menggunakam 3 bahasa dalam pelaksanaannya. Ketiga bahasa itu adalah Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.

Baca Juga :   Keberadaan Horison Dukung Pengembangan Industri dan Wisata

Penggunaan 3 bahasa itu, dilakukan pada pembacaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Pancasila. Serta saat pembacaan ikrar jihad, resolusi jihad dan ikrar santri yang sudah ada sejak jaman ulama-ulama terdahulu saat berjihad membela tanah air.

“Hari Santri tahun ini merupakan momentum untuk mempertegas peran santri sebagai pionir perdamaian yang berorientasi pada spirit moderasi Islam. Tak hanya di Indonesia namun juga Internasional,” kata Habib Hadi sesuai upacara bendera.

Habib Hadi mengatakan dengan mengangkat isu perdamaian dalam HSN kali ini, selayaknya santri bisa menjadi biang perdamaian. Sikap itu sebagai respon atas kondisi bangsa Indonesia yang sedang menghadapi berbagai persoalan.

“Santri harus mengambil bagian dalam perjuangan mengisi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Oleh karenanya santri menjadi lambang perjuangan dalam menegakkan aqidah. Jangan sampai santri ikut terperosok dan ikut-ikutan aqidah di luar Nadhlatul Ulama,” tandas Walikota Probolinggo terpilih ini. (saw/saw)