Pilu Karyawan Pasca Ditutupnya Hotel Tretes Raya

3183
Tak ada kata sesal dilontarkan para karyawan Hotel Tretes Raya. Tak menuntut banyak. Jika dapat diselesaikan secara kekeluargaan, mereka lebih senang dengan cara demikian.

Laporan: Ardiana Putri

HANYA 50 menit dari pusat kota Surabaya, Tretes Raya Hotel & Resort adalah tempat sempurna untuk keperluan bisnis dan liburan. Terletak 700 meter di atas permukaan laut, Anda bisa menghindar dari panas dan lembabnya udara kota tetangga, dengan suhu berkisar 18 – 22 derajat Celcius sepanjang tahun.

Tiba di Tretes Raya Anda akan disambut dengan kemewahan bangunan berarsitektur Romawi kontemporer. Dibangun di sekitar kolam renang legendaris Tretes Raya, air kolam masih bersumber langsung dari mata air gunung Welirang, yang diklaim tak memakai bahan kimia untuk perawatannya.

Tretes Raya Hotel & Resort menyediakan 96 kamar nyaman untuk berlibur, bagi familiers, peserta konvensi dan kalangan praktisi industri perjalanan. Kamar dihiasi dengan dekorasi kayu dan memiliki balkon pribadi untuk menikmati pemandangan spektakuler dari gunung di sekitarnya. Hotel berbintang empat ini menyediakan berbagai pilihan jenis kamar, Honerymoon Suite, Sky Suite, Bungalow, Superior dan Deluxe.

Baca Juga :   5 Jabatan Eselon II di Pemkab Probolinggo Dilelang, Mau Ikut?
Hotel Tretes Raya. Foto: RumahDijual.

Namun, tak ada yang menyangka, jika dibalik kemegahan yang disuguhkan, tersimpan beragam kisah pilu yang dirasakan para pekerjanya. Sebanyak 103 karyawan telah memeras keringat dan mendedikasikan tenaga dan pikiran mereka di hotel yang berdiri sejak 18 tahun lalu ini.

Tetesan peluh mereka kini telah kering, berganti dengan air mata yang membasah. Benar saja, hotel tempat mereka bekerja, menyatakan diri tutup, tak terima kunjungan tamu, per 28 Oktober 2018 lalu. Kabar itupun membuat seluruh karyawan terhenyak.

Peristiwa ditutupnya hotel secara mendadak ini bermula pada Minggu sore. Mereka kaget bukan kepalang saat menyaksikan beberapa orang tak dikenal menggembok pintu utama hotel. Tak ada desas desus tutup, sebelumnya.

Baca Juga :   Razia “Mandi Junub”

“Sebelumnya tidak ada pemberitahuan, kemudian minggu sore tiba-tiba ditutup dan semua karyawan kaget. Saya sendiri pun mendengar kabar itu baru malam-nya,” ungkap Bambang Sutrisno, Ketua Pengurus Unit Kerja (PUK) KEP Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

Karyawan yang menjabat sebagai Supervisor Housekeeping inipun menjelaskan, dirinya sebagai Ketua PUK saat itu langsung mencoba kroscek kepada Hari Santoso, pemilik hotel. Namun tak ada jawaban dari yang bersangkutan.

Senin pagi, beberapa karyawan mencoba mendatangi hotel, berharap penutupan hotel tak benar-benar terjadi. Faktanya, pintu utama menuju lobby hotel tetap tergembok. Pemilik maupun jajaran top manajemen sudah tak berada di hotel, dikabarkan telah kembali ke Jakarta.

Baca Juga :   Rois Syuriah PCNU Gunakan Sistem Ahwa, Ketua Tandfiziyah Ditentukan 329 Suara

Seketika, para karyawan Hotel Tretes Raya yang hampir 80 persen merupakan warga asli Pecalukan, Prigen ini merasa digantung statusnya, tak ada kepastian.

Pasca penutupan hotel, sebanyak 58 karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja melakukan musyawarah bersama. Secara bergiliran, mereka tetap bertahan, mengamankan aset hotel dari halaman depan.

Nah, pada Kamis, 1 November 2018, WartaBromo berkesempatan bertatap muka langsung dengan para karyawan. Mereka masih sempat tersenyum, meski rasa kecewa tak dapat disembunyikan dari raut wajah mereka. Sembari berkumpul dan berdoa, mereka membangun semangat antar pekerja dengan berseru bersama. “Hidup buruh, hidup buruh, hidup buruh!” teriak karyawan.

Dengan suara parau, Bambang Sutrisno mengaku ikhlas dengan apa yang ditimpakan padanya. Para rekannya juga mengatakan hal yang sama.