7 Tuna Rungu Bersepeda, Mampir Dan “Video Call” Di Pendapa Bupati

605

Pasuruan (wartabromo) – Pendapa Nyawiji Ngesti Wenganing Gusti Kabupaten Pasuruan selasa (28/2/2012) pagi mendadak ramai dengan kehadiran tujuh orang tuna rungu bersepeda asal Bandung yang hendak menuju Pulau Bali.

Para penyandang tuna rungu yang dikomandani wanita bernama Rahmah Agraini (31)tersebut sengaja mampir di Pendapa Bupati Kabupaten Pasuruan untuk beristirahat melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan panjangnya dalam tour Jawa- Bali.

Para tuna rungu tersebut terlihat begitu ceria, seakan menikmati perjalanan panjang yang sudah dimulainya dari Bandung sejak 14 pebruari 2012 lalu.

Kedatangan para penyandang tuna rungu ini pun langsung disambut baik oleh sejumlah pegawai Pemkab Pasuruan yang bertugas di Pendapa Kabupaten. Mereka dijamu dengan makanan serta minuman untuk sekedar mengisi perutn sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya kembali.

“Kami mempersilahkan mereka untuk istirahat di sini, tapi kebetulan Bapak (Bupati, red) sedang ke Surabaya,” ujar Djoko Pujo Sukmo Rahardjo, Kabag umum Pemkab Pasuruan.

Meski tak bisa bertemu Bupati Dade Angga, namun tawa ceria tampak terlihat dari wajah-wajah penyandang tuna rungu tersebut sambil sesekali bercanda satu sama lain menggunakan bahasa isyaratnya.

Sementara itu, sejumlah wartawan yang ingin mengetahui kisah perjalanannya pun langsung dibalas dengan cara menulis di selembar kertas atas pertanyaan yang diajukan.

“Ada juru tulisnya, namanya ujang,” ujar Hardi, salah seorang penghobi sepeda gunung asal Sidoarjo yang turut mengantarkan penyandang tuna rungu tersebut ke Pasuruan.

Dalam tulisan tersebut mereka mengaku sempat melintasi daerah-daerah kawasan banjir yang sedikit menyulitkan selama perjalanan.

Hardi Prasetyo, yang juga wakil Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidorajo (BPLS) tersebut mengaku sangat simpatik dengan ketekadan para penyandang tuna rungu asal Bandung tersebut.

Menurutnya, mereka sedang mengampanyekan udara bebas polusi serta ingin menunjukkan pada dunia bahwa penyandang tuna rungu tak kalah dengan apa yang dilakukan orang normal.

Dari pengamatan wartabromo, para penyandang tuna rungu tersebut menggunakan video call 3G untuk menghubungi rekannya karena mengalami kesulitan bicara secara lisan.

“Mereka harus mengunakan bahasa isyarat sehingga pake 3G,” tambah Hardi.

Usai puas melepaskan lelah, selang beberapa jam kemudian ketujuh penyandang tuna rungu tersebut melanjutkan perjalanannya menuju Bali. (yog/yog)