Pandaan (wartabromo) – Pawai Budaya yang digelar dalam rangka hari jadi Kabupaten Pasuruan ke 1085 di Pandaan, Pasuruan, Sabtu (27/9/2014) siang menampilkan beragam budaya dan kesenian serta sejarah dari masa ke masa. Mulai dari zaman kerajaan hingga masa penjajah dan kemerdekaan yang mengkisahkan hari jadi Kabupaten Pasuruan.
Sayang, ada yang aneh dari penampilan sejumlah SKPD dan instansi di lingkungan Pemkab Pasuruan saat menampilkan masa kerajaan Holing atau Kerajaan Kalingga.
Berdasarkan pantauan wartabromo di lokasi pawai, Puluhan peserta dari Dinas Koperasi dan UKM, Bagian Pemerintahan dan Bagian Kerjasama justru berpenampilan ala penduduk Tionghoa, tanpa sedikitpun menunjukkan identitas jika kerajaan ini sebenarnya berada di Indonesia dan menjadi salah satu bagian dari sumber sejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Pasuruan.
Para peserta yang rata-rata adalah Pengawai Negeri di lingkungan Pemkab Pasuruan tersebut berlagak seperti warga Tionghoa baik laki-laki dan perempuannya. Mereka sepertinya tak mengetahui tentang sejarah Kerajaan Kalingga atau yang disebut dengan Kerajaan Holing tersebut.
Tak hanya itu, papan yang menunjukkan identitas kelompok pawai ini pun justru bertuliskan Zaman Kerajaan Holing Cina. Seakan-akan, Kerajaan Holing itu merupakan sebuah Kerajaan di Cina atau milik Cina.
Berdasarkan penelusuran wartabromo, Holing merupakan sebutan dalam berita cina pada masa Dinasti Tang yang menunjukkan keberadaan sebuah Kerajaan Kalingga di tanah Jawa sekitar abad ke-6. Letak kerajaan Holing berbatasan dengan laut sebelah selatan yang oleh orang cina disebut Ta-Hen-La (kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat.
Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Kaliangga atau disebut Holing berada di pulau jawa dan bukan Cina. Sehingga salah kaprah jika disebut Kerajaan Holing Cina.
Masa kerajaan Kalingga atau Holing sendiri memiliki pautan sejarah dengan Pasuruan, menyusul kedatangan armada Islam utusan Mu’awiyah bi Abi Sofyan di Pelabuhan Banger (Bangil) yang bertarikh 674-675M serta ditemukannya candi bertuliskan arab di makam ‘Mbah Bangil’ yang bertarikh 680 M.
Tak hanya itu, pada abad ke 742 – 755 Masehi, berdasarkan Tim peninjauan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan 2006 BPSDD, Ibu Kota Kerajaan Kalingga dipindahkan ke wilayah timur oleh Raja Kiyen yaitu daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto. Pulokerto adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.
Usia Kabupaten Pasuruan sendiri yang memasuki usia ke-1085 ditentukan dari adanya prasasti Cungrang yang ditemukan pada masa Zaman Mpu Sindok di dusun Sukci Desa Bulusari, Gempol.
Pawai Budaya yang bertema Pasuruan Art and Culture Carnival 2014 diikuti tak hanya oleh masyarakat umum melainkan Bupati, Forum pimpinan daerah dan Jajaran SKPD Kabupaten Pasuruan. Bupati dan para Kepala SKPD tampak mengenakan pakaian khas yang menunjukkan masa pemerintahan Kerajaan Islam. Mereka menyewa kuda untuk berjalan layaknya punggawa kerajaan dari lokasi start pawai di simpang empat pandaan menuju Taman Candra wilwatikta. Dibelakangnya, masyarakat dari berbagai kecamatan dibawa komando Camat menyajikan legenda budaya dan potensi daerah masing-masing. (yog/yog)