Begal Utusan Tuhan

751
begal-motorInilah pidato Lurah Salamun saat menenangkan massa, ketika mereka hendak membakar begal motor yang tertangkap. Beberapa orang merekam pidato Sang Lurah karena pidato itu dinilai sangat kontroversial. Massa yang membludak dan sebagaian besar membawa hp berkamera tentu saja mengalihkan kamera ke arah Sang Lurah. Meninggalkan wajah Bapak Begal Motor yang pucat pasi.

” Dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan ini saya ucapkan ribuan terima kasih  kepada bapak-bapak begal motor atas partisipasinya membumikan perilaku tasawuf kepada masyarakat. Program perampasan motor yang ahir-ahir ini digencarkan di beberapa tempat secara berkesinambungan, telah membantu masyarakat untuk dapat merenungkan kembali makna serta hakikat rasa syukur. Meluruskan kembali persepsi bahwa tahadduts binni’mah itu berbeda dengan pamer, apalagi sombong”.

Beberapa orang nampak mengepalkan tinju mendengar pembukaan pidato Sang Lurah barusan. Bahkan diam-diam sudah ada yang mengeluarkan celurit di antara kerumunan. Tentu saja massa tersinggung. Mereka yang sudah membayar bermacam-macam pajak tidak pernah merasa mendapatkan pelayanan pemerintah secara nyata. Pemerintah tak pernah berfungsi dalam kehidupan nyata mereka. Ada dan tidaknya pemerintah seaakan sama saja. Semua aktivitaspemenuhan kebutuhan hidup, peningkatan kualitas hidup, mereka lakukan sendiri. Padahal negara Indonesia Raya ini jelas memeliki pemerintahan, perangkat hukum, perangkat negara bahkan mengakui keberadaan agama dalam bernegara.

Baca Juga :   Durian Kakap, Durian Unggulan Kabupaten Pasuruan
Masyarakat yang selama ini selalu terancam keselamatan harta bahkan nyawanya dan tak pernah mendapat hak perlindungan dari aparat, memuncak amarahnya. Sebab selama ini massa tak pernah mendapat hak untuk melindungi diri sendiri. Jika para begal bebas membacok, menembak bahkan mem-bondet mereka, massa dilarang membawa senjata tajam untuk melindungi diri. Jangankan membacok, membawa senjata tajam saja bisa dipenjara. Tapi, Lurah Salamun memang aneh. Ia malah meneruskan pidatonya di hadapan massa.

“Mewakili masyarakat luas, saya menyambut baik program tersebut karena telah bisa dirasakan dampak positifnya. Diantara dampak-dampak baik itu misalnya, secara tidak langsung program perampasan motor di jalan-jalan ini merupakan instrumen pencuci rejeki yang belum sempat kita keluarkan sedekah apalagi zakatnya. Bisa menjadi pemicu gerakan back to qona’ah, menekan terjadinya praktek bolos sekolah atau kerja bersama pasangan lalu berbuat tidak senonoh dan direkam untuk kemudian di- up load di internet”.

Satu dua orang yang tadi mengepalkan tinju tiba-tiba menunduk malu mendengar ucapan Sang Lurah barusan. Entah kenapa bisa demikian?.

“Program perampasan motor ini juga—alhamdulillah—ikut membantu pemerintah dalam rangka “mengatasi” masalah kemacetan dan kelangkaan BBM. Akan menertibkan kepemilikan sepeda motor yang tak jarang menyalahi prinsip efesiensi: satu kepala memiliki 3-4 motor. Ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan “rakyat kecil” seperti tukang becak, tukang ojek, sopir angkot dan bus serta kusir dokar”.

Baca Juga :   Pemkab Probolinggo Mendapat Penghargaan Inagara dari LAN RI

“Ketahuilah, program perampasan motor di jalan-jalan ini adalah instruksi langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan demikian artinya, bapak-bapak begal motor—demikian juga para relawan lainnya seperti tukang rampok, tukang todong, tukang copet dan tukang tipu—adalah para laskar Tuhan yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas mulia sebagaimana yang kami sebutkan di atas. Kita akan sering lupa membayar retribusi penghasilan dan karunia kepada yang berhak seandainya bapak-bapak begal motor tidak menagih kita. Kita akan terjangkit amnesia bahwa perintah zakat dan sedekah masih berlaku hingga kini”.

Seseorang misuh tepat di hadapan Sang Lurah yang sedang berpidato. Tapi Lurah Salamun tak bergeming dan melanjutkan pidatonya.

“Kita memang telah terlalu sibuk bermimpi sehingga realita sering hanya menjadi fiksi. Sebagian besar dari kita telah berubah menjadi pemimpi-pemimpi profesional, penghayal-penghayal kelas tinggi yang hanya mementingkan kebutuhan jasmani. Kita tahu bahwa ketika dibangkitkan dari kubur kelak, kita butuh kendaraan untuk menempuh perjalanan antara kubur dan Mahsyar. Tapi kita kurang serius untuk mempersiapkan kendaraan tersebut. Jika motor kita kredit setiap di-launching, untuk menyembelih binatang kurban kita masih akan berpikir seribu kali. Apalagi, saat ini motor telah menjadi salah satu identitas sosial sehingga orang sering menyalahgunakannya sebagai alat pamer kesejahteraan, provokasi kepada orang yang belum mampu mengkredit untuk memprotes Tuhan dan alat untuk meluluhkan hati perempuan”.

Baca Juga :   Netizen Kompak Dukung Wali Kota Benahi Manajemen RSUD Purut

“Nikmat berupa kemampuan untuk mengkredit motor kita kufuri dengan menggunakannya sebagai sarana untuk mensukseskan program-program kurang becus. Lihatlah bagaimana mudahnya anak-anak kita membolos sekolah, memboceng pacar, menguji kesabaran para pengendara dengan balap liar, melatih kesehatan telinga masyarakat dengan knalpot bodong bahkan membentuk jamiyyah pengendara motor yang katanya sering mengira suadara sebagai musuh itu. Jika bapak-bapak ini—para begal—tidak membantu kita untuk “mengamankan” motor, tentu saja kita akan tetap sembrono dalam mempergunakan nikmat”.     

“Selanjutnya, atas nama lurah saya memohon kesadaran saudara sekalian agar memaafkan bapak-bapak begal motor ini. Sebab, mereka bukan hanya utusan Tuhan untuk menagih retribusi, tapi juga telah mengingatkan kita untuk kembali bersyukur, rendah hati serta teposeliro. Jangan sampai kita menyakiti mereka meski hanya dengan mencubit, sebab saya khawatir Tuhan akan murka jika “utusan-Nya” dibinasakan”. | Penulis : Abdur Rozaq