Curhat PSK Tretes Alasannya Terjun ke Dunia Esek-esek

5331

Prigen (wartabromo) – Banyak alasan yang diutarakan ketika seorang pekerja seks komersial (PSK) ditanya alasan terjun ke dunia hitam prostitusi.

(Baca: Mengenal ‘Mbak-mbak’ Tretes)

Selain alasan yang mungkin sudah klise didengar yakni jeratan ekonomi, sakit hati dan kecewa karena cinta juga bisa menjadi faktor seseorang wanita gelap mata dan memilih memuaskan diri dengan mencari kenikmatan bersama pria hidung belang, plus juga mendapat penghasilan.

Seorang wanita penjaja seks di Lingkungan Gang Sono, Kelurahan/Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, sebut saja namanya Silvy, mengungkapkan rahasianya.

“Suamiku selingkuh dengan seorang PSK. Akhirnya aku minta cerai karena dia sudah tidak menafkahi aku lahir dan batin. Aku dulu nggak pernah  pacaran. Nggak pernah kenal laki-laki. Yang aku tahu ya cuma suamiku itu,” kata  janda tanpa anak yang sudah 3 tahun menjadi perempuan penghibur di kawasan Tretes ini.

Baca Juga :   Tak Dengar Karena Pakai Headset, Pemuda asal Jombang Ditabrak Kereta Penataran di Gempol

Sejak suaminya “mabuk” PSK, ia mengaku terabaikan. Kesal dengan kelakuan suami, ia menuntut cerai dan dikabulkan pada 2011 lalu, setelah setahun menikah.

“Setelah bercerai, aku langsung lari ke sini. Aku mangkel, soalnya suamiku rela meninggalkanku demi PSK dan uang yang seharusnya menjadi jatahku, semuanya diserahkan ke PSK itu,” kata Silvy, sembari menghisap dalam rokoknya.

Selama 3 tahun “bekerja” di dunai esek-esek, perempuan montok ini berhasil menyimpan rasasia itu dari orang tua dan keluarganya. Kepada keluarga, ia mengaku bekerja sebagai penjaga toko.

“Enggak ada yang tau, cuman ada salah satu tetanggaku yang tau kalau aku di Gang Sono. Aku cuek aja,” tandasnya sembari menyembunyikan paha mulus di balik kedua telapak tangannya yang bersih.

Baca Juga :   Dibuka sejak 3 Hari Lalu, Timsel KPU Probolinggo Belum Terima Pendaftar

Silvy yang seakan sudah terbiasa dan mencoba menikmati hidup sebagai penjaja seks ini dengan nada bicara renyah membuka tarifnya. “Kalau short time Rp 500 ribu , kalau long time Rp 900 ribu,” ujarnya dengan mimik menggoda.

Uang dari hasil “peras keringat” tersebut dibagi dengan pelayan (baca: makelar) sebesar Rp 120 ribu dan uang keamanan Rp 50 ribu.

Silvy mengaku bisa menmgumpulkan pundi-pundi rupiah dari para pria hidung belang. “Untuk biaya sekolah adik, juga sedikit tambahan untuk orang tua,” tuturnya.

Sayangnya, Silvy tidak berkenan menyebut kota asalnya. (yog/yog)