Potensi Alam dan Budaya Puspo Dilirik Investor

2152
Geledekan kayu meluncur di jalan berkelok diantara rerimbunan hutan pinus. Kendaraan tradisional pengangkut rumput ini menjadi keunikan tersendiri untuk tetap dilestarikan sebagai kekhasan budaya transportasi. WARTABROMO/Harjo Suwun

Puspo (wartabromo) – Disamping menjadi salah satu jalur menuju ke kawasan wisata Gunung Bromo, kondisi alam dengan keberadaan hutan pinus dan mahoni, ditambah kehidupan masyarakatnya yang sederhana dan santun, membuat Desa/Kecamatan Puspo, memiliki daya tarik tersendiri bagi orang luar.

Tidak heran jika hal itu bisa mendatangkan minat bagi investor untuk bisa mengembangkannya. Namun investor yang datang ini bukan sekedar investor yang berorientasi mendapatkan keuntungan semata. Bahkan niatan investor tersebut justru lebih besar mengarah pada pengembangan budaya kehidupan masyarakat tradisional yang mengedepankan kelestarian lingkungannya.

“Sekitar 5 atau 6 tahun lalu memang sudah ada yang melirik untuk membuat semacam tempat pengembangan budaya dan pelestarian lingkungan. Saya sempat menemuinya dan diberitahu konsepnya yang bagus,” kata Muhlason, salah seorang tokoh pemuda Desa Puspo, Kamis (25/2/2016).

Baca Juga :   Satgas Anti Narkoba Sekolah Dikukuhkan

(Baca: Potensi Wisata Hutan Pinus Yang Terabaikan)

Dijelaskan, pembangunan tempat untuk pengembangan budaya masyarakat lokal itu, sudah disiapkan dengan matang oleh investor tersebut. Tempat dibangun sedemikian asri dengan model bangunan-bangun khas masyarakat tradisional. Tujuan investor tersebut, untuk memberikan pendidikan bagi para generasi muda, agar budaya dan kehidupan masyarakat tradisional tidak tergerus perkembangan dan kemajuan jaman.

Dicontohkan dengan keberadaan transportasi geledek kayu untuk mengangkut rumput, yang dipertahankan masyarakat hingga saat ini. Disamping nilai keunikannya yang tinggi, geledek kayu juga menunjukkan kesederahanaan masyarakat Puspo untuk menjaga lingkungan udaranya tetap bersih, tidak tercemari dengan polusi udara.

(Baca: Potensi Hutan Pinus Puspo Terkendala Rawan Air Bersih)

Baca Juga :   Google Ikut Peringati Hari Kemerdekaan RI

“Karena budaya tradisional lokal dianggap memiliki kearifan yang tinggi dalam kehidupan. Bukan hanya sebatas hubungan sosial antara manusia dengan manusia saja, tapi juga hubungan masyarakat dengan alam dan sekitarnya. Serta tidak ketinggalan hubungan masyarakat dengan Sang Maha Pencipta,” urai Muhlason.

Diharapkan, dengan pengembangan pendidikan budaya yang mengedepankan nilai-nilai moral tersebut, masyarakat dalam artian yang luas, terutama generasi muda, akan bisa menjaga keseimbangan dan kelestarian alam serta lingkungannya. Artinya, masyarakat akan semakin bijak dan arif untuk memanfaatkan alam dan lingkungannya, bukan sekedar merusak alam untuk kepentingan yang sesaat. Seperti perilaku pembalakan hutan yang tidak menguntungkan dan justru merusak lingkungan. Karena akibat dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Desa Puspo, mendatangkan kesengsaraan bagi masyarakat Desa Puspo sendiri, maupun masyarakat di yang berada daerah lebih bawah.

Baca Juga :   Sekjen PDIP Tegaskan Tabloid Indonesia Barokah Bukan Dari TKN

Itu dapat diketahui dari peristiwa banjir bandang lumpur yang terjadi pada April 2015 lalu akibat dari gundulnya hutan di Desa Puspo dan sekitarnya. Tanah di bukit-bukit, terpotong dan tergerus hujan lebat yang turun terus menerus. Dan aliran sungai dipenuhi lumpur yang membawanya hingga Kota Pasuruan. (hrj/hrj)