Wisata Rakyat Air Terjun Madakaripura Semakin Mahal

2295
Foto: Sundari A W

Lumbang (wartabromo) – Pengunjung wisata air terjun Madakaripura di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, kecewa. Pasalnya, tiket masuk semakin mahal dan akses masuk semakin jauh.

Kebanyakan pengunjung yang sudah datang adalah pengunjung harus merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati wisata air terjun madakaripura. Pasalnya, setiap pengunjung yang datang akan dikenakan tiket Rp 11 ribu. Kemudian setiap pengunjung diwajibkan menggunakan jasa ojek untuk menuju lokasi wisata dengan biaya Rp 25 ribu untuk pulang-pergi.

“Kalo yang membawa roda 4 sih tidak masalah, tapi kalo pengunjung yang membawa roda 2 terus disuruh naik ojek itu kan tidak masuk akal, padahal pengunjung sendiri membawa sepeda,” ujar Samsul Arifin.

Baca Juga :   15.293 Pelajar Belajar Pendidikan Lingkungan di Kebun Raya Purwodadi

Tak hanya hanya harga tiket dan ongkos ojek, pengunjung juga mesti membayar jasa parkir. Untuk parkir sepeda dikenakan jasa Rp.3 ribu, parkir mobil Rp.8 ribu dan parkir minibus Rp.10 ribu. Selain itu, ada juga jasa guide sebesar Rp 50 ribu, bagi pengunjung yang ingin memanfaatkan jasa pemandu ini.

IMG_20160426_162546Ketentuan ini diberlakukan sejak 10 April lalu ini, sangat memberatkan pengunjung. Padahal sebelumnya, tiket masuk hanya Rp 5 ribu dan sepeda motor bisa masuk ke lokasi. Dengan ketentuan baru ini, jika tidak memakai jasa ojek pengunjung harus menempuh jarak sekitar 4 kilometer. Artinya untuk menikmati keindahan air terjun yang menjadi tempat bertapa Patih Gajahmada ini, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 8 kilometer atau hampir 4 jam lamanya.

Baca Juga :   Kemendikbud Tunjuk 5 Sekolah Rujukan di Kabupaten Pasuruan

“Sangatlah tidak wajar. Kami hanya ingin berwisata dan menikmati keindahan alam, kalau semakin mahal dan aksesnya ruwet mending gak kesini lagi,” tuturnya.

Toni Hariyanto, salah seorang agen perjalanan dari Surabaya, mengatakan dirinya kapok untuk datang ke Madakaripura. Selain tiket yang semakin mahal dan akses masuk cukup jauh, dirinya harus bersitegang dengan penduduk lokal. “Saya kapok untuk menjual obyek wisata ini. Setiap berkunjung membawa tamu, harus bersitegang dengan orang lokal disana,” timpalnya. (saw/fyd)