Balada Kiai Barsiso dan ‘Banyu Londo’

1762

Tapi Iblis memang memiliki IQ jauh lebih tinggi dari IQ koruptor, politisi atau tim sukses caleg. Maka Iblis menyarankan agar Kiai Barsiso melakukan pelanggaran maha pelanggaran : menenggak “banyu londo”. Hasilnya, dalam keadaan trance akibat “efek samping” banyu londo Kiai Barsiso ahirnya meminta sedekah secara paksa buat biaya pesta “banyu londo”, mengendarai istri penjual “banyu londo” yang semlohai dan “menenangkan” si penjual “banyu londo” yang protes karena istrinya dipinjam. Kiai Barsiso ahirnya diberi honor yang setimpal oleh pemerintah saat itu. Ia dihukum gantung. Nah saat menggelinjang di tiang gantungan itulah Kiai Barsiso salah jalan dalam meminta amnesti. Kiai Barsiso meminta Iblis menurunkannya dari tiang gantungan. Iblis bersedia dengan syarat ia menyembah Iblis dengan isyarat. Baru saja bersujud dari jauh kepada Iblis, malaikat Izrail mendapat mandat Tuhan untuk menjemput Kiai Barsiso. Matilah ia dalam keadaan ingkar.

Baca Juga :   Seru! Balapan Jaran di Laut Pasir Bromo saat Erupsi

Begitulah tragedi Kiai Barisiso dengan “banyu londo”. Tapi sayangnya, kita gemar benar dengan “banyu londo” dan “obat penenang” uyuhe setan. Dari anak tukang becak hingga bupati. Tidak di kota tidak di desa, ada hajatan atau sekedar melek-melek takziyah orang meninggal. Jangankan merayakan tahun baru, ngobong boto atau sekedar jandoman di teras surau saja, teman sedal-sedal rokokan adalah “banyu londo” atau “obat penenang” uyuhe setan.

Tragedy YY dan puluhan tragedi lainnya terjadi akibat pelaku menenggak “banyu londo” atau “obat penenang. Akankah bangsa ini dipenuhi oleh Kiai Barsiso- Kiai Barsiso generasi baru? Mari kita renungkan jawabannya di warung kopi Cak Manap.

Penulis: Abdur Rozaq