Guru Madrasah Ibtidaiyah Honornya Cuma Rp.1500 Perjam

1287

Rembang (wartabromo) – Selain tidak memiliki ruang kelas yang layak, Madrasah Ibtidaiyah Al Amin Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan ternyata justru tidak mampu memberikan honor yang layak bagi para gurunya.

Informasi yang didapatkan, para guru MI Al Amin yang berjumlah 9 orang tersebut hanya mendapatkan honor Rp. 1500 perjamnya atau sekitar Rp. 245 ribu perbulan yang diambilkan dari dana bantuan operasional sekolah mulai tahun 2014 silam. Dari 9 guru honorer tersebut 6 orang guru kelas, 2 orang guru agama dan 1 orang guru olah raga.

Sayang, kondisi ruang kelas dan bangunan yang memprihatinkan membuat pihak sekolah memang tidak memiliki jumlah siswa yang banyak.

Dwi Fatmala, merupakan salah satu guru yang masih bertahan di Madrasah Ibtidaiyah Al Amin mengatakan, saat ini ada 22 siswa di sekolahnya yakni kelas 1 ada 4 anak, kelas 2 ada 3 anak, kelas 3 ada 3 anak, kelas 4 ada 2 anak, kelas 5 ada 8 anak dan kelas 6 ada 2 anak.

Baca Juga :   100 Orang Lolos Jadi Banpol PP Pasuruan Bergaji Rp. 1,1 Juta

“Saya sudah 2 tahun mengajar di sini, ” katanya.

Menurutnya, saat pertama kali mengajar dirinya sempat bertengkar lantaran suaminya tak setuju atau kasihan pada dirinya dengan honor guru yang kecil. Namun setelah disampaikan niatannya maka sang suami akhirnya mengijinkannya.

“Saya beri pengertian ke suami, karena kalau mengajar memang ada resikonya. Tapi tujuan saya memang mengamalkan ilmu dan kini berat harus meninggalkan mereka (para siswa),” kata Dwi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kondisi memprihatinkan tersebut terlihat dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Amin di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang bangunan kelasnya terdiri atas gubuk – gubuk bambu dengan bau tidak sedap dari kandang ayam yang berada di sebelahnya.

Baca Juga :   Si Penggorok Leher Devita Dilumpuhkan dengan Timah Panas

Gubuk tersebut hanya diberi alas karpet untuk duduk para siswa dan papan tulis sebagai sarana belajar. Sementara untuk MCK tak jarang mereka harus menampung di rumah para tetangga.

Kondisi ini terjadi lantaran 3 kelas yakni kelas 4, 5 dan 6 tidak memiliki bangunan kelas yang representatif karena terbentur biaya pembangunannya. Sementara 3 kelas lainnya menggunakan ruang kelas TK Darul Ulum disebelahnya yang masih satu Yayasan. (yog/yog)