Sirkuit Roadrace Panglima Sudirman Dikeluhkan Pembalap

1743

Mayangan (wartabromo.com) – Hingar-bingar hiburan dari suara bising road race di jalan Panglima Sudirman, Kota Probolinggo, membuat antusias sebagian warga Kota untuk menyaksikan ajang tersebut. Namun, sirkuit jalan raya ini, dikeluhkan para pembalap karena licin dan kurang aman.

Sirkuit sepanjang kurang lebih 950 meter itu, bisa dikatakan masih jauh dari kata layak. Di beberapa tempat, jalan yang digunakan sebagai lintasan, tidak mulus alias berlubang dan tonjolan. Pihak panitia, hanya memberi tanda cat pada tonjolan dan lubang jalan. Akibatnya beberapa pembalap terjatuh saat beradu kecepatan di sirkuit tersebut.

Selain itu, pembatas pengaman hanya berupa ban luar mobil bekas. Bukan hanya itu, dekatnya sirkuit dengan trotoar jalan, turut membahayakan para pembalap. Begitu pula jarak penonton dengan sirkuit sudah terlalu dekat. Hal ini, jelas sangat membahayakn keselamatan pembalap dan penonton.

Baca Juga :   Ratusan Calon Kades Berikrar Siap Menang dan Kalah

Hal ini dikeluhkan salah satu pembalap, yakni Ryan pembalap asal Lumajang. Ia mengeluhkan sirkuit non permanen yang berada di akses publik, masih kurang dari segala kegiatan balap yang menyangkut dengan keamanan. Dikatakannya, di bandingkan sirkuit di daerah lain, tidak ada penghalang tembok di dekat sirkuit.

IMG-20170226-WA0081

Untuk itu, ia mengaku harus ekstra hati-hati saat melaju dan tidak maksimal saat bertanding. “Aspalnya licin, kalau kami jatuh bisa kena tembok (pembatas pagar stadion), kan gawat. Dari segi jarak penonton dengan pagar yang membatasi pembalap juga perlu diperhatikan lagi. Kegiatan ini, kalau bisa diadakan kembali dengan sirkuit permanen,” ujarnya.

Kurang bagusnya sirkuit itu bisa jadi salah satu alasan panitia penyelenggara mengusir awak media saat ingin meliput. “Semuanya dilarang ambil gambar, tidak peduli wartawan,” kata salah satu panitia, seraya mengusir awak media yang meliput.

Baca Juga :   Napi Teroris Diduga Bikin Bom Rakitan di Dalam Lapas Pasuruan

Beruntung, aksi kericuhan antara awak media dan panitia tidak meluas. Sebab segera dilerai oleh anggota TNI dari SUB Denpom setempat. Padahal tahun sebelumnya, pelaksanaan semacam ini awak media diperbolehkan untuk melakukan peliputan.

“Heran saya, padahal tahun lalu tidak seperti ini. Kenapa sekarang malah tidak boleh,” keluh salah satu awak media, Z. Arifin. (saw/saw)